Puasa, Surga, dan Pengorbanan

Setiap orang beriman mendambakan keridhoan dan surga-Nya sebagaimana bunyi doa yang sering terlantunkan: “Allahumma inna nas-aluka ridhoka wal jannah wa na’udzubika min sakhotika wan naar”. Boleh jadi, yang patut menjadi renungan kita adalah adakah pantas kita mengharapkan surga sementara pengorbanan kita di dalam bulan Ramadhan begitu minim dan teramat sedikit.

Ramadhan Mubarak di Masjid Agung Al-Azhar

Menurut Ketua Pengurus Takmir Masjid Agung Al-Azhar, Dr. H. Shobahussurur, M.A., latar belakang tema Ramadhan tahun ini adalah karena masih banyak terjadi kesalahan dalam memahami ajaran Islam di lingkungan umat, alquran dan sunnah seringkali dipahami secara parsial yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan yang salah. Di samping itu, juga karena banyaknya jumlah angka pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan penindasan. Semuanya itu menggerakkan hati kita untuk semakin sadar akan pentingnya makna kerja sama, tolong-menolong, dan bantu-membantu.

Muslim Jerman, Ramadan di Tengah Kampanye Anti-Muslim

Situasinya makin tak ramah bagi komunitas Muslim karena partai-partai sayap kiri makin meningkatkan kampanye anti-Muslim menjelang pemilu parlemen bulan September mendatang. Menurut El-Zayat, sejumlah partai kiri di Jerman, terutama di Cologne berusaha merebut simpati rakyat dengan menakut-takuti warga soal Islam dan Muslim.

Menghunjamkan Kalimat Tauhid Kita

Laa Ilaaha IllaaAllah…Tiada Tuhan selain Allah. Deklarasi paling sakral dan kudus yang membebaskan manusia dari cenkeraman bendawi, dari kungkungan diri, dari jeratan dan jebakan nafsu

Nikmatnya Berbuka di Istana Ain Syams

Menikmati puasa Ramadhan di negeri orang memang terasa beda dengan di negeri sendiri. Serasa ada yang kurang lengkap. Ya, tidak bisa sahur dan berbuka bersama keluarga. Tapi, walau demikian kekurangan itu dapat terwakili dengan berbuka bersama teman-teman serumah dan dengan istri bagi yang telah menikah. Hidup di rantau memang butuh banyak pengorbanan, perjuangan serta kesabaran tangguh.