Perempuan Tidak Sama Dengan Laki-Laki

Sesuatu dikatakan adil jika sesuatu itu diletakkan pada tempatnya. Salah satu contoh keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menjadikan siang sebagai waktu bekerja dan malam sebagai waktu beristirahat. Kebijaksanaan Allah ini sangat tepat karena memang siang adalah waktu dimana manusia dalam keadaan segar dan bugar sementara malam adalah waktu dimana manusia dalam kelelahan.

Tujuh Butir Mutiara Kehidupan

Bisa saja Tuhan dianggap atau dikatakan tidak adil, kenapa? Ya, karena yang mendapat ujian atau cobaan kok saya, bukan dia. Kok kami, bukan mereka, kok negara kita, bukan negera mereka dan seterusnya.

Anjing dan Kucing (3)

Semy sendiri punya tempat istirahat yang ditaruh di dekat televisi. Bila Frau Weiergraeber menyuruh Semy untuk pergi ke tempatnya, maka yang saya lihat adalah anjing yang berjalan layaknya anak kecil berjalan ke kamar mereka. Tentu saja saya kadang tersenyum melihat fenomena ini.

Anjing dan Kucing (2)

Lalu kenapa anjing? Ternyata hewan ini masih bisa menunjukkan kesetiaan ketika kesetiaan itu sulit didapat dari manusia. Di satu sisi saya mengeluh ketika pertama kali mengetahui bahwa saya harus hidup serumah dengan anjing, walau ia di lantai bawah, dan saya di lantai atas.

Anjing dan Kucing (1)

Anjing mereka dandani layaknya manusia, berbaju, berkaca mata, punya rumah, mainan, dan makanan yang khusus disajikan untuk mereka. Bagi mereka yang punya banyak harta, maka sikap mereka terhadap anjing teman mereka ini malah lebih menyedihkan lagi.

Wanita Adalah Sumber Fitnah, Benarkah ?

Karena perempuan dua orang laki-laki berkelahi hingga tertumpah darahnya, dan karena perempuan si cerdas dapat hilang dengan sekejap kecerdasannya kemudian berubah menjadi layaknya seorang robot

Semakin Sulit Didapat Semakin Manis Terasa

“Ya Alloh, Tuhan yang membolak balikkan hati, bukalah hati ayah bundaku, agar mau menerima kebaikan dan kebenaran. Ya robb, sebagaimana Engkau janjikan, bahwa wanita yang baik untuk lelaki yang baik.

Yang Beda Jangan Disama-samakan

Manusia memang dipenuhi ambiguitas, sifat “kemenduaan”, sifat yang sepintas lalu seperti terlihat tidak konsisten. Di satu sisi mereka memperjuangkan keberagaman, tapi di sisi lain mereka takut perbedaan.