Apakah orang Nasrani keturunan itu akan masuk neraka sedangkan dia juga keturunan. Dia jugakan tidak mau dilahirkan menjadi orang yang salah, sedangkan hidayah itu datangnya dari Allah, bagaimana menyikapinya?
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Perbedaan manusia dengan hewan terutama terletak pada akal dan kemampuan menganalisa hakikat kehidupan. Meski belum sempurna akalnya ketika lahir, namun perkembangan akal seorang anak manusia dalam waktu cepat akan segera terlihat. Terutama pada usia 7 tahun hingga 15 tahun, perkembangan otak dan kemampuan analisanya akan semakin cepat.
Di dalam literatur para ulama, usia 7 tahun itu dikenal sebagai usia tamyiz. Maksunya bahwa pada usia seperti itu seorang anak akan mulai bisa berpikir sesuatu yang jauh lebih kompleks, hingga sampai ke wilayah hakikat dan hal-hal yang menyentuh wilayah keberadaan segala sesuatu. Karena itu Rasulullah SAW telah meminta para orang tua untuk mulai memerintahkan shalat kepada anak-anak di usia tersebut. Mengapa dimulai pada usia tersebut?
Menurut banyak penelitian, diketahui bahwa umumya anak pada usia tersebut akan bertanya dari mana asal segala sesuatu, apakah terjadi tiba-tiba begitu saja ataukah ada yang menciptakan. Atau dia akan bertanya di mana tuhan berada? Atau mungkin lebih spesifik, sekarang tuhan sedang apa, dan seterusnya.
Perkembangan otak seperti ini hanya terjadi pada manusia saja, tetapi tidak pernah terjadi pada hewan yang paling cerdas sekalipun. Wilayah berpikir hewan tidak akan sampai kepada pertanyaan tentang asal usul segala sesuatu, apalagi sampai tema tentang tuhan.
Maka bisa dikatakan bahwa sejak usia 7 tahunan, seorang anak sebenarnya sedang memasuki proses pencarian kebenaran dan hakikat kehidupan. Otak yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya mulai berfungsi secara baik dan mulai melakukan aktifitas pencaharian. Dan salah satunya tentang hakikat tuhan dan agama. Dan perkembangan ini akan terus terjadi hingga masuk masa baligh dan hingga dewasa.
Tinggal masalah lingkungan yang nantinya akan sangat mempengaruhinya, serta masukan informasi dari dunia luar. Kalau kebetulan anak itu lahir dari keluarga muslim, memang tidak terlalu menjadi permasalahan. Namun bila anak itu lahir dari keluarga non muslim, memang boleh dikatakan bahwa tantangannya sedikit lebih berat. Sebab boleh jadi semua informasi tentang agama dan tuhan yang diterimanya akan dijejali dengan info yang salah dari kelluarga dan lingkungannya.
Akan tetapi, bukan tidak mungkin bahwa anak itu pun tetap bisa menerima informasi tentang Islam yang benar. Apalagi mengingat sekarang ini sudah begitu banyak tersebar berbagai sarana informasi tentang Islam, baik lewat buku, siaran televisi bahkan internet. Buat seorang anak usia 7 tahun, sebenarnya akses untuk mendapatkan informasitentang keberadaan agama Islam Islam dan kepastian kebenarannya sudah bukan hal yang sulit lagi.
Misalnya, ketika dia masuk ke toko buku, pastilah tersedia buku-buku Islam yang di dalamnya ada berbagai informasi tentang Islam. Apalagi bila dia menonton televisi, pastilah begitu banyak acara yang menyuguhkan informasi tentang Islam, teurtama di bulan Ramadhan. Bahkan sekarang ini sudah banyak anak-anak yang mahir melakukan browsing di internet, sehingga kemungkinan mereka bisa mengakses informasi seputar Islam pun semakin besar.
Masalahnya tinggal umat Islam sendiri, mampukah menyediakan beragam informasi tentang Islam yang siap santap. Info itutidak harus berat, mungkin cukup yang ringan saja agar bisa tetapkomunikatif, mudah dicerna dan menarik. Tetapi intisari info tentang agama Islam dan kebenarannya bisa sampai ke dalam logika seorang anak kecil dengan mudah.
Apabila beragam info itu bisa dikemas lewat buku, komik, cerita, kartun, film, lagu anak, program televisi, situs internetdan semua media yang ada, maka hal ini tentu akan sangat membantu buat mereka yang kebetulan lahir dari keluarga non muslim.
Adalah menjadi kewajiban umat Islam untuk menyebarkan informasi tentang keberadaan agama Islam. Agar jangan sampai ada orang-orang yang sejak lahir sampai mati, nyaris tidak pernah mengenalnya. Tapi buat seorang anak yang lahir di negeri dengan penduduk mayoritas muslim seperti Indonesia ini, mustahil bila mereka tidak pernah mendengar informasi tentang agama Islam.
Sebab dengan perbandingan pemeluk Islam yang konon 85% dari total jumlah penduduk, pastilah setiap hari seorang non muslim itu selalu bertemu dengan seorang muslim. Probabilitasnya adalah dari 20 orang yang mungkin ditemuinya, maka 17 orang di antaranya adalah pemeluk Islam. Seharusnya, setiap individu muslim idealnya menjadi agen informasi tentang agamnya. Bukan dengan maksud memaksakan agama Islam kepada non muslim, namun sekedar menyampaikan informasi. Lalu apakah non muslim itu akan menerimanya atau tidak, tentu bukan tanggung-jawab seorang muslim.
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran: 20)
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.