Sebuah buku menceritakan bahwa sebelum isra unsur material nabi dirubah menjadi cahaya sama sepertiJibril dan Buroq sehingga perjalanan ke Masjid Al-Aqsho menjadi sangat cepat secepat cahaya hanya dalam satu detik kemudian sesampai di Al-Aqsho dikembalikan keunsur material kembali
1. Benarkah cara perjalanan tersebut meskipun lebih mudah dicerna akal?
2. Perjalanan mi’raz lebih rumit lagi karenamenurut ilmu pengetahuan bila badan menuju angkasa berlawanan dengan grafitasi bumi maka akan terburai karena adanya daya lempar dan badan menjadi lebih berat sebenarnya seperti apakah mi’raz Nabi?
3. Sebelum Isra dan Mi’raz kata penulis Nabi dikasyafkan sehingga terbukalah pengetahuan, sehingga Nabi tahu kondisi riel Al-Aqsa dan Sidratul Muntaha. Apakah benar demikian?
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu tidak ada seorang pun yang menyaksikannya, baik para shahabat beliau SAW atau siapa pun juga. Satu-satunya orang yang tahu bagaimana teknis perjalanan beliau adalah diri beliau SAW sendiri.
Sayangnya tidak ada satu pun hadits nabawi yang isinya menceritakan tentang penguraian materi menjadi energi dan sebaliknya. Cerita nabi SAW tentang isra’ dan mi’rajnya hanya sekitar apa saja yang diperlihatkan Allah SWT kepada beliau, juga cerita tentang bertemunya beliau dengan para nabi sebelumnya, termasuk neraka dan surga, serta yang paling penting adalah bertemunya beliau SAW dengan Allah SWT di final frontier (sidratil muntaha) untuk menerima perintah shalat lima waktu.
Tapi tidak ada satu pun cerita beliau tentang teknologi ‘startrek‘ dan sejenisnya.
Maka dengan demikian, semua yang anda ceritakan itu tidak lebih dari sekedar asumsi dan dugaan. Bukan fakta apalagi realita.
Mungkin untuk anda yang hidup di abad 21 ini, versi penguraian materi menjadi energi ini seolah sangat logis dan futuristik. Tapi marilah kita bayangkan keadaan 2 abad lagi, yaitu teknologi di abad 23, 24 dan 25. Barangkali apa yang kita katakan teknologi modern hari ini, hanya akan menjadi sejarah primitif buat orang-orang yang hidup di masa mendatang.
Barangkali mereka akan terpingkal-pingkal kalau mendengar cerita versi kita kita tentang isra’ mi’rajnya nabi SAW. Bagi mereka boleh jadi merupakan cerita primitif nan jenaka. Sebagaimana kita sekarang ini menganggap teknologi mesin uap sebagai sebuah teknologi primitif juga.
Kalau sekedar berasumsi mungkin boleh-boleh saja, yah sekedar menduga-duga. Tapi jangan sampai mengklaim bahwa yang terjadi pada isra’ mirajnya nabi SAW memang demikian. Sebab tidak ada orang yang melihat langsung dengan mata kepala. Walhasil, tidak pernah ada kepastian bagaimana teknis isra’ mi’raj Rasulullah SAW.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc