Eramuslim.com – Bagi sebagian besar orang, mengucapkan kalimat la ilaha illa Allah, adalah hal yang biasa dilakukan. Apalagi untuk kalangan umat Muslim sendiri kalimat di atas adalah kalimat inti dalam keyakinan mereka. Maka tidak heran jika kalimat di atas selalu digaungkan di setiap kesempatan. Baik dalam konteks peribadahan ataupun dalam kajian-kajian keislaman lainnya.
Kalimat yang disebut sebagai kalimat tauhid di atas merupakan esensi jiwa bagi setiap Muslim. Hendaknya, mereka memahami lebih dan lebih dalam lagi makna yang tergantung dari kalimat tersebut. Karena kalau kita lihat ke masa lalu, kalimat ini telah dipahami oleh bangsa Arab saat zaman sebelum Islam datang. Akan tetapi pemahaman yang lama tersebut kemudian direkonstruksi seiring dengan turunnya ajaran Islam.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sebagai umat Muslim yang menikmati ajaran-ajaran yang dibawa Nabi, kita memaknai kalimat tersebut dengan makna yang lebih dalam. Bahkan, kita juga harus mengimplementasikannya ke dalam laku kehidupan sehari-hari.
Dakwah Utama Para Nabi dan Rasul
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa tujuan dakwah nabi-nabi terdahulu juga mengajak kepada peng-Esaan Allah. Hal ini menjadi bukti bahwa Tauhid merupakan hal yang paling esensial di setiap ajaran yang dibawa oleh para nabi-nabi terdahulu. Yang mana dari fondasi Tauhid inilah yang kemudian dibangun ajaran-ajaran syariat yang mencakup sisi kemanusian dan bermasyarakat.
Dalam bahasa yang berbeda, ajaran paling utama yang dibawa oleh Nabi ﷺ adalah Tauhid itu sendiri. Yaitu membangun akidah dan kesadaran baru bahwa Tuhan semesta alam yang wajib disembah hanyalah Allah Swt. Bukan tuhan-tuhan lainnya yang pada saat itu terbilang dan banyak jenisnya.
Ajaran utama yang seperti ini disebut sebagai ajaran yang mencakup ranah akidah untuk kemudian dijadikan fondasi dan dibangun di atasnya ajaran-ajaran syariat. Hal ini serupa dengan apa yang termaktub di dalam Alquran surat Al-Anbiya ayat 25:
وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحى إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون
Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Aku. Maka sembahlah Aku. (QS. Al-Anbiya: 25)