Saya ingin menanyakan perkara azab kubur.
1.Apakah azab kubur itu betul-betul mengazab secara fisik, atau azab kubur itu dilakukan sebagaimana halnya ketika kita bermimpi (menyiksa perasaan/batin).
2. Orang yang akan disiksa seharusnya harus diadili terlebih dahulu. Setelah tahu kesalahan atau kebaikkannya baru diberikan pembalasannya.
3. Sepengetahuan saya penghisaban atas aktifitas hidup dan kehidupan manusia di dunia akan dihisab oleh Allah swt (bukan oleh malaikat), karenayangbisa berbuat adil hanyalah Allah swt.
4. Mungkinkah azab kubur dilaksanakan sebelum Allah swt menghisab manusiayangbersangkutan?
5. Bagaimana dengan manusiayangwafat di hari kiamat, dikubur mana mereka akan menerima azab? Lalu bagaimana kaitan Ayat Al-Qur’an tentang azab kubur ini. Apakah tidak berlaku untuk merekayangwafat pada hari kiamat?
6. Setelah mereka mengetahui tempat mereka di surga (setelah dimasukkan ke dalam kubur), tentu secara otomatis mereka tidak perlu lagi dihisab pada hari penghisaban.
Pertanyaan di atas saya ajukan bukan tidak yakin dengan Al-Qur’an atau hadist, tapi lebih memuliakan Allah swt dalam hal janjinya yang akan menghisap semua aktifitas hidup dan kehidupan umat manusia selama hidup di atas dunia dan Allah tidak pernah mengatakan akan memerintahkan malaikat untuk menghisap atau mengadili manusia yang telah wafat sebelum hari kiamat.
Demikian dari saya semoga jawabanyangdiberikan akan menambah wawasan sayayangsangat sempit.
Indra Zain
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
1. Yang namanya adzab kubur bukanlah mimpi, tetapi kenyataan. Namun karena alamnya berbeda, kita tidak bisa melihatnya secara pisik.
Kalau kita bongkar kuburan orang kafir, bisa dipastikan tidak ada yang gosong dari jasadnya, kecuali bila Allah SWT ingin memperlihatkannya. Seperti yang sering kita lihat gambarannya di sinetron-sinetron.
Namun umumnya, penyiksaan itu bukan secara pisik menurut alam dunia ini, melainkan secara pisik menurut alam kubur. Alamnya beda, maka wujudnya pun beda. Sebagian orang menyebutkan bahwa orang yang mati itu telah masuk ke ‘dimensi’ yang lain. Di dimensi yang lain itulah dia berujud pisik seperti kita sekarang ini, lalu digebuki malaikat atau diberi kenikmatan.
Tetapi yang pasti bukan mimpi, melainkan kenyataan.
2. Allah tidak punya kewajiban untuk mengadili dulu hamba-hamba-Nya, baru menyiksanya. Bukankah Fir’aun sudah disiksa sejak masih hidup, yaitu ditenggelamkan hingga mati? Bukankah Namrudz juga disiksa hidup-hidup, yaitu telinganya dimasuki lalat, lalu dia berputar-putar kesakitan hingga mati?
Bukankah penduduk Sadom juga disiksa hidup-hidup dengan diangkat tanah mereka ke langit lalu dihujamkan ke dalam bumi, hingga lenyap di dalam bumi, bahkan hingga kini negeri mereka amblas 400 meter di bawah permukaan air laut?
Bukankah sekian banyak umat lainnya yang membangkang, telah Allah siksa hidup-hidup, bahkan siksaan itu terus berlangsung hingga mereka mati?
Dan kalau mereka mati, bukan berarti siksaan mereka segera dihentikan. Siksaan terus mereka terima sepanjang mereka menunggu di alam kubur hingga datangnya hari kiamat. Setelah itu memang ada timbangan dan pengadilan, tetapi karena mereka mati dalam keadaan kafir, tempat mereka sudah dipastikan di neraka. Kekal abadi selamanya, tidak akan keluar lagi.
Maka tidak ada halangan apapun bagi Allah untukmenyiksa para pembangkang di alam kuburnya. Masalah pengadilan akhirat, tetap pasti ada. Tetapi bukan berarti hukuman belum bisa dijalankan sebelum itu.
Bukankah seorang pencuri yang ketahuan dan ditangkap polisi, juga langsung masuk tahanan, meski belum diadili? Bahkan pengadilannya sendiri baru digelar berbulan-bulan kemudian. Nanti kalau di dalam pengadilan dinyatakan bersalah dan dihukum setahun penjara misalnya, tinggal potong tahanan. Tapi sejak tertangkap, dia sudah harus merasakan hangatnya hotel prodeo, bukan?
Maka begitu pula dengan para ahli maksiat, tukang membantah, para pembangkang syariat Islam. Begitu mati, siap-siap digebuki malaikat adzab di alam kuburnya, bukan di kuburannya, bahkan sakratul maut pun sudah merupakan siksaan tersendiri buat mereka.
Pendeknya, siksa kubur itu benar adanya, karena didukung oleh Quran, sunnah dan juga logika manusia.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc