Saya seringkali mendengar ungkapan bahwa nabi Muhammad itu bukan manusia biasa. Beliau tercipta dari "nur" atau cahaya. Tidak seperti manusia biasa yang tercipta dari tanah. Dan istilah "Nur Muhammad" itu cukup sering dibicarakan orang.
Untuk itu saya mohon penjelasan pak ustadz tentang landasannya. Benarkah ada dalil yang menyebutkan bahwa beliau SAW itu terbuat dari cahaya?
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih atas jawaban pak ustadz.
Wassalamu’alaikum
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Di dalam Al-Quran Al-Kariem, sering kali disebutkan bahwa Rasulullah SAW itu cahaya (nur). Misalnya pada ayat-ayat berikut ini.
قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. (QS. Al-Maidah:15)
Para mufassir sepakat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cahaya dari Allah adalah Muhammad SAW. Jadi pernyataan bahwa Rasulullah SAW adalah cahaya, memang berasal dari firman Allah SWT. Namun ayat ini tidak menyebutkan bahwa beliau terbuat dari cahaya. Yang disebutkan justru beliau itu sendiri adalah cahaya.
Demikian juga dengan ayat lainnya, secara tegas Allah SWT menyatakan bahwa Rasulullah SAW diutus sebagai cahaya yang menerangi. Namun tidak dijelaskan bahwa fisik beliau terbuat dari cahaya.
يا أيها النبي إنا أرسلناك شاهدًا ومبشرًا ونذيرًا وداعيًا إلى الله بإذنه وسراجًا منيرًا
Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al-Ahzab: 45-46)
Kalau diperhatikan, ternyata bukan hanya Rasulullah SAW saja yang di dalam Al-Quran disebut sebagai cahaya. Bahkan Allah SWT pun menyebutkan dirinya sebagai cahaya, sebagaimana yang kita baca dalam surat An-Nur berikut ini.
اللهُ نورُ السّمواتِ والأرْضِ
Allah cahaya langit dan bumi (QS. An-Nur:35)
فآمنوا بالله ورسوله والنور الذي أنزلنا
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS At-Taghabun:8)
Para mufasir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan cahaya di ayat ini adalah Al-Quran.
Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam beberapa kesempatan yang berbeda, Al-Quran menyebut Allah, Rasulullah SAW dan Al-Quran Al-Kariem sebagai cahaya. Tentunya, yang dimaksudkan adalah sebuah makna dan pengibaratan, bukan cahaya dari bentuk fisiknya.
Dan yang terpenting, tidak ada penjelasan bahwa Rasulullah SAW terbuat dari cahaya. Bahkan secara fisik, diri beliau pun bukan cahaya. Beliau SAW hanya manusia biasa, butuh makan, minum, menikah dan bahkan berjalan di pasar.
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا
Dan mereka berkata, "Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?. (QS. Al-Furqan:7)
Bahkan Rasulullah SAW sendiri yang menyatakan bahwa dirinya hanya manusia biasa. Bedanya hanya karena beliau menerima wahyu dari Allah SWT saja. Selebihnya, manusia biasa yang lahir dari rahim ibunya.
سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلاّ بَشَرًا رَسولاً
Maha suci Tuhanku, aku ini tidak lain hanyalah manusia yang diutus. (QS. Al-Isra’:93)
قلْ إنّما أنا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
Katakanlah, aku ini hanyalah seorang manusia seperti kalian (QS. Al-Kahfi: 110)
Maka penjelasan yang paling kuat dalam masalah cahaya Muhammad ini adalah bahwa secara fisik beliau SAW adalah manusia biasa, sama dengan manusia lainnya. Namun secara risalah dan hidayah, beliau memang ibarat cahaya dari Allah untuk semua umat manusia.
Dan sifat fisik beliau SAW itu, sama sekali tidak mengurangi derajat beliau yang tinggi. Juga tidak membuat kita menjadi kurang menghormati beliau. Hormat dan kecintaan kita kepada beliau bukan karena beliau terbuat dari cahaya secara fisik, melainkan karena Allah SWT memerintahkan kita untuk menghormatidan mencintai beliau. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW:
Katakanlah: "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran:31)
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.