Assalamu ‘alaikum Ibu Namih Al-Faisal,
Kami punya 2 anak, perempuan 8 tahun dan laki-laki 4.5 tahun. Anak kami yang laki-laki selalu berkegiatan (tidak bisa diam), kecuali kalau menonton film. Yang kami prihatinkan, anak yang laki-laki sering dalam berkegiatannya sambil memukul, mendorong atau menginjak (kalau kakaknya sedang berbaring) kakak perempuannya. Dulu malah suka menggigit atau mencubit (mencakar), tapi sekarang sudah tidak lagi.
Biasanya apabila dia "menyakiti" kakaknya, maka akan saya peringatakan dengan kata-kata, kadang dengan kata-kata yang lunak kadang dengan kata-kata yang keras. Namun kadang juga sayahukum dengan hukuman fisik, biasanya sebatas centilan dan itu juga kami "tawarkan" dulu. Biasanya setelah dicentil dia akan menangis, bukan karena kesakitan tetapi lebih karena "sakit hati".
Sekarang saya mulai terapkan hukuman dengan mengerjakan tugas (menulis), supaya sekaligus untuk belajar. Namun saya khawatir akan timbul di pemikirannya bahwa "(semua) belajar tsb sebagai hukuman".
Bagaimana sebaiknya saya memberikan pelajaran / hukuman bagi kenakalannya. Untuk diketahui, secara umum anak tsb cerdas, cepat mengerti, mudah mengingat, tetapi agak malas. Kalau menonton film (VCD yang saya belikan) selalu serius, sampai-sampai dipanggil tidak mau menjawab. Saya biasanya memberi hukuman untuk kenakalannya yang menyakiti kakaknya. tetapi untuk kenakalan lainnya yang umum ada pada anak-anak biasanya saya biarkan saja.
Terima kasih atas saran-saran Ibu.
Wassalamu ‘alaikum.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb,
Bunda….mohon maaf sebesar-besarnya saya baru sempat membalas pertanyaan bunda!
Bunda yang baik hati……
Anak laki-laki umumnya memang lebih aktif ketimbang anak perempuan. Namun bukan berarti pula dengan keaktifannya kita melabelkan "nakal" untuk anak tersebut. Adalah faktor neurologis mengapa anak aktif terkadang cenderung bersikap agresif dengan memukul, mendorong atau menginjak. karena memang otak anak selalu bekerja dengan memfungsikan bagian-bagian saraf tertentu untuk selalu bergerak.
Dalam fungsi kerja otak, ada yang namanya motor kontrol. Nah, untuk anak-anak aktif biasanya motor kontrol ini kurang bisa bekerja dengan baik. Yaitu, memfilter fungsi gerak untuk dan saat kapan ???
Hal ini juga saya alami pada putra sulung saya. Dari ke-4 putra/i saya, si sulunglah yang sangat aktif. Ada saja kegiatan yang dilakukannya. Entah menulis, menggambar, menyusun balok-balok, mengetik atau menggambar di komputer dan lainnya. Kalau boleh dibilang hanya tidur saja yang ia bisa diam (tenang).
memang terkadang kita merasa tidak nyaman dengan "ketidakbisadiamannya" tersebut. Lebih-lebih terkadang orang lain (tetangga) menganggap anak kita sebagai "anak nakal". Sakit hati mungkin, tetapi perlu kita tanamkan kuat-kuat pada diri kita sebagai bundanya. Di balik "keaktifannya" tersebut banyak kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki ketimbang anak lain. Cerdas, cepat mengerti, mudah mengingat dan lain-lainnya.
Si sulung saya pun Alhamdulillah sangat interest dalam menghafal Al-Qur’an. Padahal kami kedua orang tuanya belum mengarahkannya untuk program hafalan Al-Qur’an. Tetapi melihat potensi dan kecerdasannya dalam menghafal kami pun mencoba mengarahkan potensinya tersebut. Yang mudah-mudahan itu adalah salah satu kelebihan yang akan menaikkan derajatnya di mata Allah dan disenangi manusia.
Oleh karenanya bunda, menurut saya menghukum ananda dengan hukuman fisik kurang tepat. Karena biasanya anak pun tetap akan mengulangi perbuatannya tersebut. Yang bisa dan paling mungkin dilakukan adalah mengalihkan perhatiannya apabila dia menyakiti kakaknya dengan kegiatan yang paling dia minati sambil menasehatinya.
"Tidak memukul atau menyakiti kakak lagi ya…nak, karena itu tidak baik dan tidak disukai oleh semua orang…." Dan biasanya hal tersebut jauh lebih efektif ketimbang menghukumnya dengan hukuman fisik. Pendekatan, perhatian yang tulus dan perkataan yang lemah lembut jauh lebih menyentuh hatinya untuk sedikit demi sedikit mengendalikan emosinya atas sikap "tidak bisa diamnya" tersebut.
Demikian bunda, Insya Allah dengan bertambahnya usia "si jagoan" disertai arahan dari orang tua, ananda akan dengan sendirinya mampu menempatkan diri dan mengendalikan emosinya dengan tepat. Mudah-mudahan Allah Yang Maha Rahmaan, selalu membantu kita sebagai bunda bagi anak-anak kita untuk dapat mengatasi kesulitan apapun yang diderita anak-anak kita. Aamiin…….
Wallahu a’lam bisshawab,
Namih AlFaisal, S. Pd.