Assalamu’alaikum, Ustadz.
Selama ini yang saya tahu adalah Nuzulul Qur’an adalah tanggal 17 Ramadhan. Tapi Lailatul Qadr adanya di 10 hari terakhir Ramadhan, dan Lailatul qadr ini adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Ada yang bilang, kalau Lailatul Qadr itu malam diturunkannya Al-Qur’an ke langit dunia. Sedangkan 17 Ramadhan adalah saat diturunkannya dari langit dunia kepada Nabi Muhammad. Yang benar bagaimana, Ustadz? Terima Kasih atas jawabannya.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ada beberapa pendapat tentang jawaban atas masalah yang anda tanyakan. Semua berangkat dari tiga ayat Al-Qur’an sendiri, yang sekilas terdapat perbedaan materi. Sehingga membuat para ulama pun ikut berbeda pendapat. Ketiga ayat itu adalah:
Bulan Ramahan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil. (QS Al-Baqarah: 185).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Qur’an) pada malam Lailatul Qadar. (QS Al-Qadr: 1 )
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Qur`an) pada malam yang diberkahi. (QS Ad-Dukhan: 3 ).
Sebenarnya ketiga ayat di atas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam Lailatul Qadar dalam bulan Ramahan. Tetapi lahir (zahir) ayat-ayat itu bertentangan dengan kehidupan nyata Rasulullah SAW, di mana Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Dlam hal ini para ulama mempunyai dua madzab pokok:
1. Madzab Pertama
Pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama.
Menurut mereka, yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur’an sekaligus di Baitul `Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur’an diturunkan kepada rasul kita Muhammad saw. Secara bertahap selama dua puluh tiga tahun.
Sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai wafatnya. Beliautinggal di Makkah sejak diutus selama tiga belas tahun dan sesudah itu beliau hijrah dan tinggal di Madinah selama sepuluh tahun. Pendapat ini didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibn Abbas dalam beberapa riwayat. Antara lain:
A. Ibn Abbas berkata, "Qur’an sekaligus diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, kemudian setelah itu ia diturunkan selama dua puluh tahun.` Lalu ia membacakan:
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS Al-Furqan: 33 ).
Dan Al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS Al-Isra`: 106 ).
B. Ibn Abbas r.a. berkata, "Qur’an itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan dai Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kapada Nabi saw."
C. Ibn Abbas r.a. mengatakan, "Allah menurunkan Qur`an sekaligus ke langit dunia, tapi turunnya secara beransur-ansur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya bagian demi bagian."
D. Ibn Abas r.a. berkata, "Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramahan ke langit dunia sekaligus; lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur."
2. Madzab Kedua
Yaitu yang diriwayatkan oleh Asy-Sya`bi. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan turunnya Qur’an dalam ketiga ayat di atas adalah permulaan turunnya Qur’an kepada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya Qur’an itu di mulai pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi.
Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah SAW. Sebab yang demikian inilah yang dinyatakan dalam Qur’an:
Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS Al-Isra`: 106 )
Dan keistimewaan bulan Ramahan dan malam Lailatul Qadar yang merupakan malam yang diberkahi itu tidak akan kelihatan oleh manusia kecuali apa bila yang dimaksudkan dari ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur’an kepada Rasulullah SAW. Yang demikian ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam firman Allah mengenai perang Badar:
Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Anfal: 41).
Perang Badar terjadi pada bulan Ramaan. Dan yang demikian ini diperkuat pula oleh hadis yang dijadikan pegangan para penyelidik hadis permulaan wahyu.
Aisyah ra berkata, "Wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah SAW ialah mimpi yang benar diwaktu tidur. Setiap kali bermimpi ia melihat ada yang datang bagaikan cahaya yang terang dipagi hari. Kemudian ia lebih suka menyendiri. Ia pergi ke gua hira untuk bertahanus beberapa malam, dan untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia kembali kerumah Khadijah, dan Khadijahpun membekali seperti itu biasanya. Sehingga datanglah `kebenaran` kepadanya seaktu ia berada di gua hira`. Malaikat datang kepadanya dan berkata, "Bacalah!" Rasulullah SAW berkata, "Aku tidak pandai membaca." Lalu malaikat merangkulnya sampai kepayahan. Kemudian ia melepaskan aku, lalu katanya, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku tidak pandai membaca" Lalu ia merangkulku lagi sampai aku kepayahan. Lalu ia lepaskan aku. Lalu katanya, "Bacalah!" Aku menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu ia merangkulku untuk ketiga kalinya, sampai aku kepayahan, lalu ia lepaskan aku lalu katanya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sampai dengan apa yang belum diketahuianya."
Para penyelidik menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada mulanya diberi tahu dengan mimpi di bulan kelahirannya, yaitu bulan Rabi`ul Awal. Pemberitahuan dengan mimpi itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dengan keadaan sadar (tidak dalam keadaan tidur ) pada bula Ramadhan dengan Iqra`. Dengan demikian maka nash-nash yang terdahulu itu menunjukkan pada satu pengertian.
3. Madzab Ketiga
Bahwa Qur’an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga malam Lailatul Qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam Lailatul Qadar itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir tapi tidak mempunyai dalil.
Adapun madzab kedua yang diriwayatkan dari as-Sya`bi, dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima, tidaklah bertentang dengan madzab yang pertama yang diriwayatkan dari Ibn Abbas.
Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: Diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah di langit dunia.
Kedua: Diturunkan ke langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia.
Ibn Abbas memandang tidak ada pertentangan antara ke tiga ayat di atas yang berkenaan dengan turunnya Qur’an dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah SAW bahwa Qur`an itu turun selama dua puluh tiga tahun yang bukan bulan Ramadhan.
Dari Ibn Abbas disebutkan bahwa ia ditanya olah `Atiyah bin al-Aswad, katanya, "Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah, bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur`an, dan firman Allah SWT, ‘Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam Lailatul Qadar’, padahal Qur`an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, Saffar dan Rabi`ul awwal." Ibnu Abbas menjawab, "Qur`an diturunkan berangsur-angsur, sedikit- demi sedikit dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari."
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.