Pembicaraan tentang keluarga Imron dimulai dari ayat ini:
إِذْقَالَتِامْرَأَةُعِمْرَانَرَبِّإِنِّينَذَرْتُلَكَمَافِيبَطْنِيمُحَرَّرًافَتَقَبَّلْمِنِّيإِنَّكَأَنْتَالسَّمِيعُالْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (35)
Dalam ayat ini dibahas tentang kehamilan. Sebuah fase yang sangat penting. Mengabaikannya berarti kehilangan sebuah fase penting.Ayat ini mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar para istri banyak menyematkan harapan mulia bagi janin. Harapan semulia istri Imron. Sekaligus banyak mendoakan bagi calon jabang bayi agar kelak menjadi orang yang baik dan mulia.
Dari sinilah, maka teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan bukanlah hal yang baru muncul hari ini. Al-Qur’an telah membicarakannya.Tetapi yang jelas bertentangan dengan Islam adalah ketika metode pendidikan janin yang digadang-gadang hari ini adalah pendidikan dengan memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak yang meyakini bahwa hal ini merupakan hasil penelitian. Sayangnya, umat ini masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana sumber dan kepentingan di baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah melahirkan para pemimpin bumi yang istimewa.
Yang lebih celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia barat. Bukan penelitian dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hal itu salah, bukan penelitian pula. Ini efek kita lebih mengagungkan penelitian daripada ayat dan petunjuk Nabi. Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Itu meningkatkan ketertarikan orang dalam memajan bayi dan anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.
Namun, hasil studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh HealthDay News, Jumat (14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa mendengarkan musik Mozart –betapapun meriahnya musik tersebut– memiliki dampak pada kemampuan kognitif seseorang. Dalam studi paling akhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subjek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak. (http://kesehatan.liputan6.com/berita/201005/277083/Mendengarkan.Mozart.Tidak.Membuat.Anak.Cerdas)
Kesalahan fatal pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak dalam kandungan. Anak yang belum lahir telah dirusak oleh musik yang jelas tidak disukai dalam Islam –terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar hukum musik. Bagi yang masih harus bersandar pada penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian tentang bahaya musik,Remaja yang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dariUniversity of Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat. (http://metrotvnews.com/metromain/newscat/polkam/2011/04/11/48290/Wah-Remaja-Penggemar-Musik-Lebih-Mudah)