"Ibu tidak ada.." mbok Inah memberitahu seorang wanita yang diduga kawan lama bu Santy dengan sangat tegas. "Akh, masa si mbok? tapi kok mobilnya ada tuh,” demikian kawan bu Santy menunjuk mobil metalik yang ada di garasi. Dengan gagap mbok Inah menjawab lagi, "oh iyaaaa bu, itu mobilnya rusak, kemarin kan dibawa ke medan sama ibu tapi sekarang gak bisa dipakai lagi, tahu tuh kenapa,” mbok Inah mengelap wajahnya yang tiba-tiba berkeringat dengan lap mobil yang baru disambernya dan semakin membuat wajah bulatnya berdebu dan kotor campur keringat.
“Wah, aneh bener,” gumam bu Endang sang tamu yang kemudian diikuti dengan mengenduskan hidungnya. "Huhh, kalau mau bohong mikir dulu ya mbok, kemarin tuh bu Santy habis makan siang dengan saya kemudian minjam cincin berlian saya, katanya mau dilihat saja namun ketika saya ke toilet, eh bu Santy pulang dan bawa cincin saya, katanya ijin pulang buru-buru sebab suaminya masuk rumah sakit, bilang sama bu Santy ya, saya minta dikembalikan cincin berlian saya itu, jangan banyak nipu, nanti saya laporkan lho ke polisi, ini saya masih baik saja, masih nyamperin baik baik. Tolong ya mbok, sampaikan pada ibu kalau bu Endang datang dan minta cincin berliannya dikembalikan," tegas bu Endang panjang lebar. Sebetulnya bu Santy bukan hendak mengambil cincin tersebut tetapi hanya ingin menunjukkan pada suaminya bahwa kawannya punya cincin seperti itu tapi mengapa dia tidak.
"Maa…, Inez pulang sore ya.. mau belajar ke rumah temen karena besok ulangan kedua," SMS Inez anak bu Santy sekelebat ditanggapi bu Santy dengan senyum. "Rajinnya anakku.." pikir bu Santy senang. "Yaa.. sayang, mama doakan kamu bisa ulangannya yaa.. muaaahhh," tanda smile diletakkan dibelakang kalimat juga tanda love berbentuk hati ketika bu Santy me-reply SMS anaknya. Dengan lega bu Santy meneruskan pekerjaannya dengan memastikan dua masalah selesai pada hari ini, si mbok Inah sukses ngurus bu Endang yang minta berliannya dibalikin, sementara anaknya pulang sore dan belajar dengan tekun.
Kemudian baru diketahuinya bahwa sang anak berbohong ketika suaminya siang hari menelepon menanyakan apakah Inez ada di rumah, kerena sang suami melihat sosok seperti Inez sedang ada di sirkuit mobil bersama dua orang kawan lelakinya dan satu anak gadis seumuran Inez yang berusia sekitar 15 tahun. Mereka terlihat masih menggunakan baju seragam putih abu-abu pada jam 14 siang. Menyadari anaknya berbohong menyatakan hendak ke rumah kawannya lalu bu Santy pun geram, “awas si Inez, berani berbohong kepada mama,” sambil menyumpahi anaknya yang telah membuat dia dimarahi habis-habisan oleh suaminya.
Di saat lain, mbok Inah dengan muka pucat, menangis dan berbicara terbata-bata, "Demi Tuhan bu, bukan saya yang ambil uang di atas meja makan, mana berani saya ambil uang ratusan ribu di situ.” Bu santy hanya menghela nafas, karena lagi-lagi mbok Inah berbohong karena kemarin selendang Persia-nya rusak karena setrikaan terlalu panas, sekarang lagi uang tiga ratus ribu hilang dari meja. Setelah kejadian bu Santi menemukan cincin emas Inez dalam lemari mbok Inah sebelumnya, maka kesabaran bu Santy hilang juga dan dengan sangat kesal bu Santy mengancam, apabila mbok Inah masih suka berbohong dan mencuri maka akan dikeluarkan dan tidak akan diberikan gaji bulan terakhir. Bu Santy bertambah pusing ketika mendengar bahwa anaknya Inez tidak masuk sekolah satu minggu dengan membawa surat tanda tangan palsunya yang menyatakan anaknya itu demam dan harus dirawat di rumah sakit. Ketika gurunya ingin menjenguk dan menelepon ke rumah menanyakan nomor kamarnya, baru disadarinya bahwa sang anak sangat mudah berbohong ini itu.
Bu Santy tak menyadari bahwa orang terdekat di sekelilingnya hanya meniru apa yang telah dipraktekkannya. Bukankah bu Santy juga berbohong? bahkan menyuruh mbok Inah berbohong ketika bu Endang datang menanyakan cincin berliannya. Jadi wajarlah bila kita sebagai panutan di rumah maka anak dan pembantu akan mengikuti apa yang kita lakukan karena kita pun berbuat yang seperti itu juga.
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita bohong) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui. (QS. An-Nuur [24] : 19)
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. An-Nuur [24] : 24)