“Bang.. bakso spesial dua yah, yang satu pakai bihun dan yang satunya baksonya saja,” bu Rien memesan bakso untuk dirinya dan anaknya, dan sang anak kemudian merengek meminta teh botol dan lain-lain. Sementara bu Rien melihat-lihat majalah wanita sambil duduk menunggu pesanan disiapkan, dia bergumam dalam hati. ”Subhanallah ini kok yang tampil di majalah rata-rata modis dan langsing-langsing, semua cantik sekali. Mungkin mereka sangat menjaga makanannya, juga tidur dan sering berolahraga,” gumam bu Rien dalam hati. Bu Rien berfikir lagi, betapa selama ini dia sangat jarang berolahraga dan selama ini pun juga sudah jarang jalan kaki ke mana-mana, mengingat bahwa suaminya sudah mampu untuk membelikan kendaraan bermotor sehingga sangat mudah bagi bu Rien untuk pergi kemana-mana dibantu oleh kendaraan motor roda dua yang siap mengantarnya kemana-mana. Alhasil, yang namanya gerak jalan dan semua hal yang berbau olahraga sudah sangat jarang dilakukan bu Rien.
Satu lagi yang akhirnya membuat bu Rien sibuk mengagumi wajah cantik dan tubuh langsing para wanita tidak hanya di majalah itu, namun juga di jalanan, televisi dan lain lain, adalah karena bu Rien sangat gemar memikirkan desain baju. Cita-citanya menjadi designer terhambat oleh keinginan orang tuanya yang selepas sekolah SMU dulu, ingin anaknya segera menikah. Setelah menikah, dia merasakan dirinya menjadi semakin lemot, berat badannya pun bertambah cukup cepat. Berawal dari keinginannya menjadi ahli desain pakaian wanita muslimah, maka bu Rien kerap mengagumi tubuh wanita langsing dan wajah cantik rupawan.
Tuk tik tak tik tuk, sebuah suara sepatu hak tinggi yang bunyinya manis berirama membuat bu Rien sontak menoleh, sesosok wanita bertubuh langsing berpakaian berbahan organdi yang sangat mewah dan sangat pas menempel di tubuhnya. Wanita itu begitu memikat, juga aksesoris yang tidak terlalu benderang namun cukup membuat bu Rien terpaku karena bentuknya yang memikat, membuat sang wanita yang sudah wajahnya mulus tanpa ada flek sedikitpun diwajahnya, betul betul seperti bidadari dari surga yang mengenakan pakaian muslimah dengan kerudung berlapis yang dihiasi manik-manik yang semakin mempermanis wanita itu.
Senyumnya begitu lembut terlihat, ketika sang wanita cantik memesan sebotol teh botol dingin, dan dibelakangnya ada seorang wanita berpakaian seperti suster yang sibuk mendorong kereta bayi dengan membawa banyak ransel dan plastik belanjaan yang tersangkut dipegangan troley bayi yang sedang didorongnya dengan susah payah, sementara sang wanita cantik yang merupakan majikannya minum sendiri tanpa memperdulikan atau menawari sang baby sitter.
Sementara itu, bu Rien melihat dengan wajah kagum dan sedikit terpesona ketika sang wanita yang begitu memikat menghirup teh botolnya perlahan, dan jari-jarinya yang lentik semakin memperindah penampilan sang wanita, mungkin jika di foto bisa diberi judul yaitu ketika bidadari minum teh botol, demikian pikir bu Rien sambil memindahkan mangkuk bakso yang sudah habis ke tepi meja.
“Aduuuhh, kamu tahu gak… sich… Mama tunggu kamu sudah lama, kamu kemana aja? Kalau kamu begini terus mama jadi malas banget ngajak kamu kemana mana dan mama juga gak suka bawa kamu ikut-ikut mama pergi lagi,” teriak wanita cantik itu keras sambil melangkah tergesa-gesa menyenggol kereta bayi sehingga bungkusan plastik yang tesangkut di pegangan kereta bayi itu hampir tumpah. Lalu terlihat bahwa sang wanita menjewer telinga anaknya sekeras-kerasnya dan nampak sang anak begitu marah dipelakukan ibunya seperti itu. Sang anak pun menangis kencang sekali, sementara sang ibu terus menenangkan si anak yang mungkin baru berusia 3 tahun dengan membentak-bentak dan berwajah merah padam.
“Ayo, pukul mama kalau berani, diammm… kata mama diamm… jangan menangis keras-keras, yang salah kan kamu, kenapa kamu pergi-pergi gak ijin, kalau mau pergi bilang mama dong, mama cari-cari kamu setengah mati keliling mal, dan kamu enak-enakan aja jalan-jalan sendirian, apa kamu gak liat mama kan pake hak tinggi, nih tumit mama sakit tahu gak, dasar anak bandel, gak bisa diatur, dikasih tahu malah bales mukul,” sambil mencengkram tangan anaknya, sang ibu sibuk mengomeli dan sebelah tangannya memukul keras tangan anaknya yang kecil mungil.
Wajah yang cantik berubah seperti monster, yang biasa wajahnya begitu indah, mendadak menjadi begitu menyeramkan, karena wajah merah padam sang wanita cantik yang tengah dikuasai emosi dan amarah, membuat kecantikannya sirna dan tiba-tiba nampak di wajah bu Rien gambaran monster yang bertubuh langsing dan berkuku panjang sedang memukul anak kecil. Predikat bidadari langsung saja lenyap, bu Rien kemudian pergi meninggalkan warung bakso, sambil berkomentar kepada sang wanita yang masih sibuk mengomeli anaknya, dengan disaksikan banyak orang di mal tersebut.
“Sudahlah bu, namanya juga anak-anak, sebetulnya kan dia juga takut terpisah dari orangtuanya, sabar saja ya bu,” demikian sapa bu Rien yang didiamkan oleh si wanita yang tetap mencengkram tangan sang anak kemudian mereka pun berlalu dari situ.
Sungguh penampilan menawan dan wajah cantik karunia Allah, bila dihiasai akhlak yang buruk maka akan membuat aura cantik sang wanita hilang seketika, coba kita lihat wajah kita dicermin bila kita marah.
Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (QS: Yusuf [12] : 53)