Oleh : Anastasia – Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung
Walaupun kisah pilu kekersaan yang terjadi di Baby Day Care Pertamina telah berlalu namun kasus tersebut terkuak menjadi pelajaran berharga seumur hidup bagi kaum ibu sekedar mengingatkan kasus ini bermula.
Saat seorang balita yang berusia 14 bulan berinisial RAN diduga menjadi korban penganiayaan babysitter di Baby Daycare Highreach. Lisa, ibu RAN, melaporkan kasus tersebut ke Polres Metro Jakarta Pusat pada Senin lalu (2/9).
Lisa menjelaskan, dirinya menitipkan anak di Baby Daycare Highreach sejak Januari 2014. Namun, pada Jumat lalu (29/8), dia curiga karena melihat lebam yang tidak wajar di bagian pipi anaknya. Melalui salinan video rekaman closed circuit television (CCTV), Lisa akhirnya dapat melihat kekerasan yang dilakukan terhadap anaknya.
Tak bisa dipungkiri bisnis baby daycare menjamur di perkotaan sering banyaknya kaum ibu yang memilih untuk berkerja, kiranya hal tersebut yang menjadi permasalahan akar mengapa kasus kekerasan di baby daycare bisa terjadi, seandainya para ibu sadar bahwa tugas utama seorang ibu adalah merawat, membesarkan dan pendidik anak mungkin rentetan kasus serupa bisa dicegah.
Ibu, Aristek Perdaban
Tepat jika islam mengatakan surga ada dibawah telapak kaki ibu, karena memang jasa ibu sangat luar biasa, perkara membesarkan dan pendidik anak bukanlah hal mudah, kesadaraan akan perintah Allah menjadi point penting dalam hal ini.
Kenapa Allah memerintahkan pengasuhan dan pendidikan anak menjadi urusan kaum ibu, karena Allah telah menciptakan fitrahnya seorang perempuan memiliki jiwa pendidik, lemah lembut dan mengkasihi, maka dari itu ibu akan lebih banyak mengoptimalkan perannya sebagai pendidik generasi yang mampu menghasilkan generasi cemerlang.
Dalam sejarah barat terbukti ketika seorang ibu mendidik anaknya di rumah dengan sepenuh hati seperti Thomas Alva Edison penemu dari Amerika dan merupakan satu dari penemu terbesar sepanjang sejarah. Edison mulai bekerja pada usia yang sangat muda dan terus bekerja hingga akhir hayatnya. Dimasa kecilnya, Edison hanya bersekolah di sekolah yang resmi selama tiga bulan, karena divonis “bodoh” namun sang ibu tidak percaya selanjutnya semua pendidikannya diperoleh dari ibunya yang mengajar Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkan Edison cara membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, antara lain buku-buku yang berasal dari penulis seperti Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens.
Memang dasyatnya kekuatan seorang ibu. Bagaimana dengan islam siapa yang tak kenal Imam Syafi’I, bagaimana peran perempuan di belakang penguasaan Imam Syafi‘i terhadap fiqh. Ibu Imam Syafi’i adalah seorang wanita cerdas tapi miskin. Namun bisa dikatakan kesetiaannya berada di belakang sang anaklah yang menjadikan Imam Syafi’i menjadi ilmuwan sejati hingga saat ini. Sekalipun hidup dalam sebatang kara, hal itu tidak menghalangi sang ibu untuk menempatkan anaknya dalam kultur pendidikan agama yang terbaik di Mekkah. Sang ibu sadar, ia tidak memiliki banyak uang, namun kecintaananya terhadap Allah dan buah hatinya, sang ibu berjuang meluluhkan hati sang guru untuk rela mengajar Imam Syafi’i meski tanpa bayaran. Hingga akhir ilmu beliau hidup sampai detik ini.
Sadarlah kaum perempuan sesungguh kalianlah arsitek perdaban dunia ini, tentu tidak mungkin sosok iman Syafi’i dan Thomas Alva Edison lahir dari rahim daycare atau dari dan para ibu yang lebih memilih bekerja di luar rumah. Wallahu’Alam