“Ass wr, wb.. bu, aku ingin pulang minggu depan, aku minta ibu memahami kalau aku sudah tidak tahan lagi wass, wr, wb” demikian bunyi SMS singkat yang mengejutkan dari Ranti, istri dokter Rizal, anaknya bu Joko yang sudah sepuh dan memiliki 8 orang anak. Alhamdulillah bu Joko sudah merasa lega karena hampir semua anaknya sudah hidup sukses. Sukses menurut kacamata manusia sederhana seperti dirinya.
Keempat putrinya sudah menikah dan semua anak lelakinya sudah memiliki pekerjaan walaupun tidak semuanya mapan dan hidup mewah. Namun pekerjaan tetap, dengan kategori sederhana sudah dimiliki oleh putra-putrinya yang dibesarkan dengan susah payah tanpa bantuan siapapun. Bu Joko sendiri yang membesarkan anak-anaknya dalam diam setelah suaminya dipanggil yang maha kuasa 18 tahun lepas.
Ranti adalah anak bungsu yang merupakan anak kesayangan seluruh anggota keluarga. Ranti juga memiliki banyak rizqi yang diberikan Allah berupa kepandaian otak yang menyebabakan Ranti dari sejak SMP, SMA sampai kuliah dibiayai pihak luar baik sekolah maupun intistusi. Bahkan terakhir Ranti mendapatkan beasiswa dari perusahaan farmasi karena salah satu nilai ujian nasionalnya mendapatkan nilai 10, khususnya subject Biologi. Selain itu Ranti juga terbukti mendapatkan nilai sangat baik untuk setiap semesternya sehingga wajar ketika lulus sarjana strata 1, Ranti diberikan tawaran melanjutkan beasiswa ke Jepang.
Namun masalah bermula ketika Ranti dikenalkan oleh kakaknya kepada seorang lelaki yang sederhana dan cerdas serta soleh. Lelaki itu dalam mengambil sertifikasi kedokterannya diminta untuk melakukan pengabdian ke daerah jauh di pedalaman. Lelaki itu meminta untuk mengajak Ranty bersamanya setelah akhirnya mereka menikah. Masalah bermula dimana Ranty yang cerdas merasakan kebosanan yang amat sangat. Tidak ada yang dapat dilakukan sebagai istri sang dokter selain menjalani suasana kehidupan di pedalaman yang membuatnya tidak bisa berbuat lebih. Untuk memasak pun Ranty belum begitu mahir, bila mau masak yang agak susah dan rumit, bumbunya juga tidak tersedia lengkap, selain jadi mahal, Ranty juga tidak yakin dengan rasanya.
Sebetulnya suami Ranty kasihan dengan Ranty. Suaminya juga membolehkan Ranty untuk pulang kembali ke rumahnya jika Ranty mau, jadi bertemu cukup sebulan sekali. Namun bu Joko, ibunya Ranti berkeras bahwa Ranty tidak boleh meninggalkan suaminya dalam keadaan apapun, susah senang harus dialami bersama, harus dilalui bersama. Kebosanaan, karena ketidakadaan barang-barang yang dibutuhkan, yang sebenarnya mudah didapat bila Ranty tinggal di tengah kota, menurut bu Joko harus ditahan Ranty. Selain itu juga kerinduan pada kawan-kawan yang selama ini mengisi keceriaan hidup Ranty harus dapat dikendalikan oleh Ranty. Istri harus dapat memahami walau dalam keadaan susah sekalipun, memahami bahwa dirinya harus selalu ada disebelah sang suami, memotivasi maupun membantu dalam kondisi apapun.
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (QS. An-Nuur [24] : 26)
Teringat kisah Khadijah yang mendampingi Rasulullah SAW dan menjadi wanita pertama yang begitu mempercayainya ketika turun wahyu. Maka tak heran bila Rasulullah SAW menjadikan Khadijah r.a. sebagai wanita pertama dalam hatinya. Memang kawan yang menemani dikala susah dan gundah gulana lebih jelas kuaitasnya daripada kawan yang menemani ketika kita sedang bahagia. Ingin melihat pasangan, kawan atau istri yang berkualitas maka lihatlah bagaimana dia ketika sang suami dalam keaadaan susah. Mutiara tidak dapat dipalsukan.