“Bapak tahu kan pekerjaan disini mudah-mudah susah, asal bapak tahu bahwa semua yang ada disini diatur oleh wanita, dan bos bapak nantinya adalah seorang wanita.” demikian urai sang bos wanita berbicara kepada calon manajer operasional di perusahaan korek api tempat mas Priyo bekerja. Mas priyo pun stres, tertekan, dan merasa malu karena bosnya adalah seorang wanita dan lebih mampu dari dirinya. Mas Priyo merasa dirinya bodoh dan tidak mampu, tapi malu untuk mengakuinya. Sedangkan bosnya superior, serba bisa, detail dan tekun serta terlihat percaya diri dan tidak pernah salah.
Mas Priyo jadi tidak bisa apa-apa dan hanya diam menunggu perintah. Bila ia ingin ungkapkan insiatif atau melawan perintah serta mengajukan argumentasi, bosnya selalu lebih cepat dalam memecahkan masalah dan membuat semua masalah lancar ditangani. Mas Priyo kehilangan kepercayaan diri, semangat bekerjanya melemah. Semua idenya tertolak, dan inisiatifnya tidak pernah sampai dengan tenang. Akhirnya mas Priyo menjadi pribadi yang apatis dan melakukan semua hal berdasarkan instruksi bosnya saja, yang menurutnya bosnya perfect dan tidak pernah salah. Kesalahannya hanya satu, tidak mampu membuat orang lain menjadi perfect juga kecuali dirinya sendiri. Oh ya, kesalahan yang satu lagi adalah mampu membuat orang merasa semakin bodoh dan tidak bisa apa-apa.
Layaknya sebagai wanita, semua pekerjaan dikerjakannya tanpa sisa, dari sejak pembelian bahan, pemilihan tender, negosiasi dan pemeriksaan barang, semua dilakukan bosnya dengan cekatan. Mas Priyo merasa tertekan, “buat apa aku selesaikan sarjana S1 ku dan masterku dengan begadang-begadang, dan bahkan tesisku kuselesaikan disaat istriku melahirkan sehingga aku tidak bisa menemaninya. Semua itu terasa tidak ada gunanya sekarang, karena semua pekerjaan sudah dikerjakan bosku dengan sempurna. Bosku adalah seorang wanita, dan wanita cenderung mengerjakan semua pekerjaan dengan detil, sebagaimana dia mengatur rumah tangga yang dengan telitinya bahkan sampai hal sekecil-kecilnya.
Sikap bosnya Priyo mungkin tidak ada maksud apa-apa, namun bos wanita membuat Priyo menjadi terlihat semakin kecil dan tak berdaya sebagai pria. Priyo lupa, kadang pria harus bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya bekerja, sehingga mungkin Priyo akan lebih mampu untuk tersenyum bila hari lebaran tiba, bos wanita datang dengan nafas terengah-engah lalu meminta tolong Priyo dan semua staf pria membantunya mengangkut berkotak-kotak hadiah dan juga kue-kue lebaran untuk mencukupi kebutuhan lebaran anak istri dan dirinya sendiri, juga sisipan THR, ongkos pulang kampung, semua sudah disiapkan sang bos, bahkan pengaturan waktu libur yang sangat menyenangkan karena bisa pulang kampung dengan tenang tanpa harus terburu-buru kembali ke kantor pun sudah diaturnya.
Sisi lain dari bos wanita, adalah bagaimana dia memperhatikan kebutuhan karyawan sampai hal sekecil-kecilnya pada hal-hal yang sudah dan sering dilupakan serta tidak dipedulikan anak buahnya seperti kaus kaki yang berlubang diujung jempolnya, yang menjadi perhatian sang bos sehingga hadiah lebaran nampak lebih spesial dan lain dari biasanya karena tersedia 2 buah kaus kaki yang masih baru dengan mutu bahan terbaik, selain hadiah-hadiah lain seperti parcel, kue-kue, buah-buahan, THR dan lain lain, yang sudah pasti akan menggembirakan anak dan istri.
Bila mas Priyo mengatakan dia tertekan, maka mas Priyo tidak sadar bahwa dia akan tersenyum ketika lebaran, sebab bos wanita lebih perhatian terhadap kebutuhan karyawan dan anak istrinya dari pada bos pria.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan." [QS At-Taubah (9) : 105]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." [QS An-Nisaa (4) : 59]