Mungkin al-Aqra‘ menduga bahwa laki-laki yang berkarakter kuat adalah mereka yang tak dekat dengan anak-anak. Namun, Rasulullah SAW dengan tegas menepis dugaan itu, sehingga spontan melontarkan jawaban, ”Siapa yang tak sayang, maka tak disayang.”
Jawaban itu jelas menunjukkan sikap beliau yang sangat luhur, penyayang, ramah anak, dan tentunya sangat layak diteladani para ayah pada Hari Ayah Nasional ini. Keluhuran, ketawadukan, dan kerendahan hati Rasulullah SAW benar-benar tak bisa dibandingkan dengan siapa pun. Karena keluhurannya beliau tak sungkan membaur dan bergaul dengan anak kecil.
Pernah suatu saat ia menghibur anak Ummu Sulaim bernama Abu Umair yang menangis karena kematian burung kesayangannya. Bentuk lain kasih sayang dan kelembutan Rasulullah SAW kepada anak-anak adalah tidak membebani mereka di luar kemampuannya.
Disebutkan, pada saat perang Uhud, Nabi Muhammad kedatangan sejumlah anak yang ingin ikut berperang. Namun ia menolak karena mereka masih kecil. Mereka adalah ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn al-Khathab, Usamah ibn Zayd, Usaid ibn Zhuhair, Zayd ibn Tsabit, Zayd ibn Arqam, ‘Arabah ibn Aus, ‘Amr ibn Hazm, Abu Sa‘id al-Khudri, dan Sa‘d ibn Habah.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW bahkan tak ragu untuk meminta air dan membasuh air pipis anak kecil. Perhatian dan perlindungan Rasulullah SAW terhadap anak-anak ini bukan sekadar perlakuan sepintas dan sewaktu-waktu, melainkan berlangsung berulang-ulang, sampai-sampai anak-anak kecil kerap menemui Rasul sepulang bepergian dan mengajaknya bermain atau bergurau dengan mereka. Nabi Muhammad seakan tak punya keperluan atau kesibukan selain bermain dengan anak-anak (lihat: Raghib al-Sirjani, Nabi Kaum Mustad‘afin, 2011, [Jakarta: Zaman], hal. 38).
Dalam riwayat Ahmad disebutkan, suatu ketika, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu anha pernah ditanya perihal aktivitas beliau saat di rumah. ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah SAW biasa menjahit pakaiannya, memperbaiki sandalnya, dan mengerjakan apa yang dikerjakan kaum pria di rumah.”