Siapa yang tidak kenal Nurfitri Moeslim Taher? Seorang relawan wanita yang melambung namanya karena keberaniannya bergabung dengan tim relawan yang berangkat ke Gaza untuk mengantarkan bantuan bagi rakyat Palestina. Tentu kita yang banyak menyimak perkembangan terkini saudara- saudara kita di Palestina, mengetahui jika ternyata beliau adalah juga seorang ibu dari tiga putra.
Ia, berani meninggalkan anak- anak dan suami yang dikasihinya, demi menunaikan tugas kemanusiaan.
Dalam sejarahnya, peran wanita yang membela perjuangan Islam bukan hanya terjadi sekali ini saja. Sebut saja Nusaibah binti Kaab. Seorang shahabiyah yang mengikuti perang Uhud di masa Rasulullah Saw, yang berperan sebagai pemasok logistik, dan merawat prajurit yang luka- luka.
Walaupun Nusaibah tidak bertugas di garda depan, tetapi, diceritakan bahwa dalam peperangan tersebut terjadi kekacauan sehingga apa-apa yang sudah diinstruksikan Nabi Saw tentang strategi pada waktu itu tidak berjalan lancar. Hal tersebut menyebabkan pasukan kaum Muslimin bercerai-berai , menyebabkan kepanikan, sehingga terancamnya jiwa Nabi.
Berikut ini saya nukil dari situs Al-Kisah, ”Ketika Nusaibah melihat Nabi menangkis serangan musuh sendirian (karena pasukan kaum Muslimin sudah tidak terarah lagi), lalu Nusaibah mempersenjatai dirinya, dan bergabung dengan yang lainnya membentuk sebuah formasi pertahanan untuk melindungi Rosulullah Saw.”
Ada nama lain di zaman modern ini, yang telah mengukir sejarah dengan prestasi perjuangannya yang dipenuhi oleh ujian yang sangat berat.
Dialah, Zainab Al Ghozali. Wanita pejuang kemanusiaan yang hebat ini hidup dan berjuang semasa pemerintahan Gamal Abdul Naser yang terkenal sewenang-wenang. Wanita hebat ini, yang menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 2005 silam, pernah ditangkap oleh aparat penguasa di Mesir sekitar tahun 1965, tanpa surat tugas atau lainnya, dan langsung dijebloskan kedalam penjara yang sangat pengap dan di penjara ia mengalami berbagai siksaan.
Diceritakan bagaimana Zainab di dalam penjara, ditemani oleh anjing- anjing lapar tapi ia tetap bersabar, dan memohon pertolongan dari Allah Swt. semata, sambil terus berzikir, “Ya Allah, sibukkanlah aku dengan (mengingat)-Mu hingga melupakan selain-Mu.Wahai Zat Yang Maha Esa, wahai Zat yang menjadi tempat bergantung. Bawalah aku dari alam kasar ( dunia) ini. Sibukkanlah aku agar tidak mengingat seluruh hal selain-Mu. Sibukkanlah aku dengan mengingat-Mu, bawalah aku di hadirat-Mu. Berilah aku ketenangan yang sempurna dari – Mu. Liputilah aku dengan pakaian kecintaan-Mu. Berikanlah kepadaku rezeki mati syahid di Jalan-Mu, keridhaan pada (ketentuan)-Mu. Ya Allah, teguhkanlah diriku, sebagaimana keteguhan yang dimiliki oleh ahli tauhid ! “, dan gigi- gigi tajam dari anjing yang sengaja dimasukan oleh sipir penjara, yang ingin menggigit dan mengoyak- ngoyak tubuhnya itupun tidak membuat satu helai pakaian pun yang terkoyak, dan tubuhnya pun masih tetap utuh, tidak ada satupun bekas gigitan anjing pada kulitnya, atas pertolongan Allah Swt. Subhanallah.
Jadi, siapapun dari kita, para wanita yang sudah komit dengan jalur dakwah ini, maka bersiaplah untuk menghadapi berbagai ujian yang menerpa, ujian berupa kesenangan yang akan melalaikan, ataupun ujian berupa kepahitan yang sangat menyesakkan.
Karena begitu luasnya bidang garapan seorang wanita, maka dia juga harus pandai- pandai menyeimbangkan berbagai perannya, antara kewajiban terhadap anak dan suami, dengan peran serta tugasnya yang tidak mudah itu, diluar rumah.
“Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan , baik laki- laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk kedalam syurga dan mereka tidak didzolimi sedikitpun,” ( QS.An-Nisa: 124)
Diatas semua itu, lagi- lagi kita perlu banyak banyak minta keridaan suami atas semua langkah yang diambilnya. Karena walau bagaimanapun, rida Allah Swt. adalah juga rida dari suami. Dibalik langkah- langkah kita, ada doa yang tulus dari suami, yang senantiasa mengkhawatirkan keselamatan kita ketika berada di luar rumah. Semoga kita semua mampu menjaga kepercayaan suami – suami kita, serta tetap dalam niat kita semula, sehingga apa yang sudah kita upayakan tidak sia- sia dihadapan Allah Swt.
Tentu ketika kita berkiprah di luar rumah, mencari prestasi bukanlah sebuah tujuan. Amat dangkallah jika memang itu yang dicari. Kiprah wanita diluar rumah, tak lebih hanya karena kewajiban semata. Coba kita perhatikan, para ustazah yang mengisi pengajian untuk kaum pekerja wanita yang tengah bersemangat menggali Islam, ditengah kesibukannya bekerja. Atau para pengajar yang senantiasa mengajarkan huruf demi huruf dari Al-Quran bagi anak- anak kita.
Begitulah, kita, para wanita dapat membawa keberkahan dimuka bumi ini, ataupun sebaliknya, sebagai pembawa kerusakan. Naudzubillah.
Maka, apalagi yang kita tunggu? Yuk, kita perbaiki kiprah kita, minimal menjadi teladan bagi anak- anak kita, menjadi panutan bagi mereka, dimulai dari memperbaiki pribadi- pribadi kita!
Penulis : Yuyu Latifah, ibu rumah tangga, tinggal di Vila Mutiara Cikarang, Bekasi