Oleh : Naila Ridla, MSi (Penggiat CIIA Devisi Kajian Sosial Budaya)
Mengingat kisah nabi Yusuf siapapun pasti akan terkesima. Terkagum-kagum atas dua hal yang dimiliki secara sempurna oleh seorang manusia. Pertama tentang ketampanan yang tiada duanya, yang mampu membuat siapapun wanita pada masanya tak menyadari telah melukai tangannya saat memandangnya. Hal yang sampai kini tak pernah terjadi lagi di belahan bumi manapun. Sekaligus menunjukkan bahwa setelah nabi Yusuf tak lagi ada pria yang diciptakan Allah serupawan Yusuf. Kedua, keimanan seteguh baja yang sangat terjaga meski digoda dan dicintai wanita teramat cantik seperti Zulaikha. Hal yang amat jarang dijumpai pria zaman sekarang.
Pria zaman ini digoda wanita cantik, kaya pula langsung “klepek-klepek” tak peduli meski nilai sosial melarangnya. Bahkan menjadi angkuh dan merasa hebat dengan sedikit ketampanan yang dianugerahi Allah walau tak ada apa-apanya dibandingkan kerupawanan nabi Yusuf. Maka jadilah wajah tampan dimanfaatkan untuk menjerat wanita, tak peduli meski mungkin sang wanita sudah bersuami.
Demikian juga dengan para wanita, khususnya yang berstatus istri, banyak yang akhirnya meniru perilaku Zulaikha. Jatuh cinta pada pria yang bukan suaminya lalu tergoda dan menggoda. Maka menjadi hal yang lumrah ketika angka perselingkuhan menjadi begitu tinggi di negeri kita yang mayoritas muslim. Perselingkuhan apa pun latar belakang penyebabnya, baik masalah ekonomi, tergoda pasangan idaman lain, atau pergaulan bebas semua hanya bermuara pada satu hal, yaitu memperturutkan hawa nafsu. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Andai masing-masing individu mengekang syahwatnya, memastikan segala hal tetap pada relNya, maka mustahil perselingkuhan terjadi. Andai setiap pribadi setia padaNya, maka tak mungkin akan pernah ada yang namanya selingkuh. Tidak akan pernah ada istri yang mengkhianati suaminya. Pun tidak akan pernah ada seorang laki-laki yang bercinta bukan dengan istrinya.
Belum lagi dengan perilaku berpakaiannya. Sudah bukan pemandangan yang asing lagi, berbaju ketat, terang, pendek, mini, menutup aurat tapi seperti telanjang telah menjadi pilihan mayoritas cara berpakaian wanita. Begitu kuatnya pengaruh budaya di luar Islam merasuki gaya hidup. Mulai dari serbuan Amerika style, Eropa style hingga yang lagi buming-bumingnya sekarang Korea style.
Aturan Islam yang indah tentang tata cara berpakaian sirna, menguap entah ke mana. Mengaku Islam tapi tak mau menjalankan aturan dalam Islam. Mengaku cinta Allah, tapi ogah mengikuti aturanNya. Padahal dalam Islam sudah sangat jelas tentang tata cara berpakaian di luar rumah atau kala ada pria non muhrim yaitu :
1. Menutupi seluruh tubuh, selain yang dikecualikan, yaitu muka dan telapak tangan
2. Memakai jilbab dan kerudung sampai dada. Al Qur’an surat An Nuur ayat 31, “Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung hingga ke dadanya.” Demikian juga Allah berfirman, “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Ahzab : 59)
3. Tidak tipis sehingga terlihat kulit dan bayangan tubuh dibaliknya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah pernah memberi Usamah bin Zaid Qubthiyyah (pakaian dari katun yang tipis) yang kasar. Tetapi Usamah tidak memakai dan ia memberikan pada istrinya. Nabi SAW bersabda, “Suruhlah ia memakai baju rangkapan didalamnya, agar tidak terlihat lekuk-lekuk tulangnya.”
4. Tidak ketat sehingga tergambar jelas bentuk tubuhnya. Busana ketat walau tidak tipis akan memperlihatkan lekuk tubuh wanita, misalnya bentuk pinggul, dada, bokong dan sebagainya. Meskipun berpakaian dan menutup rambut, sebenarnya ia tetap saja telanjang. Busana mode ini akan lebih membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah. Nabi bersabda, ” Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).
5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki, yang dimaksud adalah larangan menyerupai laki-laki secara keseluruhan. Bukan hanya kesamaan dalam satu potongan pakaian saja misalnya celana panjang yang bisa dikenakan oleh pria atau wanita.
6. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir, misalnya busana muslimah yang menyerupai baju biarawati.
7. Tidak dimaksudkan untuk pamer atau menarik perhatian laki-laki, agar tujuannya untuk melindungi muslimah dari gangguan dapat tercapai.
Jika muslimah mengabaikan ketentuan Islam dalam berpakaian sehari-hari, maka pria yang secara fitrahnya tertarik dengan keindahan wanita lah yang akan menjadi ” korban pertama” andai tak maksimal ghodul bashar. Padahal sedikit sekali pria yang bisa seperti nabi Yusuf dalam menjaga keimanan. Teramat sedikit pria istimewa yang cintaNya tulus pada Sang Maha Perkasa. Amat langka pria yang tidak mempan tergoda wanita. Amat jarang pria yang memilih naunganNya disaat tak ada naungan selainNya.
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 1. Pemimpin yang adil 2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya 3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah 5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’ 6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya 7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
Sungguh di zaman ini, sulitnya mencari pria dengan iman sekuat Yusuf kala digoda wanita. Susahnya menemukan lelaki qonaah, di kala begitu banyak pria memilih seperti Qorun yang tergila -gila harta. Di saat banyak yang lebih suka menjadi seperti artis-artis yang bangga dengan kegagahan fisik. Pada saat banyak pria merasa hebat bisa mengoleksi jumlah wanita yang “jatuh hati” padanya. Di kala banyak pemuda yang lebih memilih kesenangan syahwat bahkan sekalipun menjadi gigolo. Di saat banyak pria lebih senang bisa menaklukkan para wanita untuk dipacari.
Namun pria shalih walau sedikit tapi ia ada. Memang tak sehebat Yusuf, tapi amat luar biasa kala memilih untuk taat pada Allah SWT. Ia menang kala berperang mengendalikan hawa nafsunya. Ia sama seperti Yusuf kala tak mau tergoda wanita. Selama tak ada uzur ia ada di masjid setiap datang waktu shalat. Terus menerus menuntut ilmu agama adalah aliran darahnya. Ia pria yang memiliki keberanian tiada tanding dalam beramar ma’ruf nahi munkar di manapun berada sekalipun nyawa taruhannya. Ia imam yang cerdas dan bijaksana kala mendidik anak istrinya. Segala sisi dalam dirinya, hati, pemikiran dan perilakunya selalu terikat dengan aturanNya. Cintanya yang utama adalah pada Allah, rosul, dan jihad fii sabilillah.
Setali tiga uang, teramat sulit juga mencari wanita shalihah. Tak perlu setegar dan selembut Khatijah. Tak apalah bila tak secerdas dan secantik Aisyah. Tidak mengapa juga bila tak setaat dan sehebat Fatimah. Hanya satu yang penting, lisan, hati, pemikiran dan perilakunya senantiasa terikat aturan Allah. Itu sudah amat cukup. Dan wanita seperti ini pun ternyata sulit dicari.
Wanita yang tak memperturutkan hawa nafsu memang sulit ditemukan. Wanita yang tak suka memperlihatkan lekuk tubuh memang jarang. Wanita yang tidak suka menggunjing memang langka. Wanita yang suka menyembunyikan aib orang lain memang teramat sedikit jumlahnya. Tapi ia ada. Ia nyata. Ia ada di tengah kerumunan orang. Pakaiannya sopan, tertutup, longgar, tak tampak auratnya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Sementara mungkin di sebelahnya adalah wanita-wanita yang terlihat rambut, betis, paha, bahkan dada. Bisa jadi di sekelilingnya adalah wanita yang berpakaian tapi ketat sehingga terbentuk jelas keindahan tubuhnya. Sangat mungkin di sekitarnya adalah wanita berkerudung tipis hingga terlihat bayang rambutnya, atau wanita berkerudung tapi baju dan celananya tetap menonjolkan bentuk badan. Tapi ia tetap kokoh tak tergoda untuk mengikuti para wanita di kanan kirinya. Meski ia pun memiliki body dan kulit yang sama indah dengan mereka. Tapi ia tetap menjaganya karena Allah, hatinya tak rela menjadi “santapan mata” makhluk bernama pria.
Wanita shalihah ia ada di sepertiga malam terakhir. Kala banyak manusia lelap tertidur. Saat banyak wanita sepertinya dugem di diskotik atau menjajakan tubuhnya di hotel-hotel, tempat prostitusi atau dimanapun nafsu bisa tersalurkan. Di dini hari yang dingin ia menangis, mohon ampun atas segala dosanya. Berdoa, dan mengadu pada Sang Maha Bijaksana.
Wanita shalihah, ia berada dalam rumah, di saat banyak teman-teman atau tetangganya berkumpul ngobrol sia-sia bahkan bergosip dan membicarakan kejelekan orang lain. Dan ia semakin tenggelam di dalam rumah dengan segala aktifitas mendekatkan diri pada RobbNya kala lisannya beramar ma’ruf nahi munkar hanya dipandang sebelah mata.
Wanita shalihah, ia tak berhias selain untuk suaminya. Meski mungkin teman-temannya, tetangga-tetangganya, bahkan saudara-saudaranya selalu memoles wajahnya dengan bedak tebal, lipstik, perona pipi, bulu mata atau eye shadow agar tampak cantik. Ia tetap kuat tak tergoda, tetap polos wajahnya di kala banyak wanita memilih bermetamorfosis saat keluar rumah.
Wanita shalihah, ia lebih memilih berada di masjid dan majelis-majelis ilmu daripada jalan-jalan dan cuci mata di mall-mall. Ia lebih memilih menghafal Alquran daripada berinteraksi di dunia maya hanya untuk menunjukkan eksistensi diri. Toh, berinteraksi sesama perempuan bisa dilakukan via sms, email, menelpon atau bertatap muka langsung. Jauh lebih terjaga daripada fb dan sejenisnya, karena bisa jadi mengundang lawan jenis nimbrung tiba-tiba.
Wanita shalihah, ia sangat terjaga lisannya. Tak mungkin mencaci maki orang lain. Bukan levelnya untuk mengeluarkan kata-kata buruk apalagi membicarakan aib orang lain. Ia sangat menjaga agar orang lain aman dari ucapannya.
Wanita shalihah, ia juga amat menghormati ibunya. Tak setitikpun memiliki kata dan sikap yang bisa melukai wanita yang telah melahirkannya. Tak pernah sekalipun ia berani membuat wanita mulia itu meneteskan air mata kesedihan. Begitu teramat berharga seorang ibu baginya. Laksana kristal yang harus dijaga.
Wanita shalihah, pasti takut pada Allah. Ia sangat peduli dengan dosa-dosa yang dimiliki. Ia sangat care untuk tak pernah lagi melakukan tindakan-tindakan yang melanggar syara. Ia selalu menjadikan segala dosa dan kemaksiatan di masa lalu sebagai cermin agar tak pernah terulang lagi.
Wanita shalihah dan pria shalih memang langka. Ia laksana orang asing. Benar sekali sabda rosul, ” Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
Wanita shalihah dan pria shalih, namun ia ada dan akan selalu ada. Karena ia sebuah pilihan. Menjadi shalih dan shalihah adalah pilihan. Tiap diri bisa untuk memilih, menjadi shalih shalihah atau pendosa. Semakin banyak yang memilih menjadi shalih shalihah, maka akan semakin banyak yang akan mampu menginspirasi dan mengangkat saudaranya yang belum terbuka pintu hatinya. Semakin banyak yang bisa menebar manfaat bagi saudaranya seiman.
Wanita shalihah dan pria shalih laksana mutiara. Tetap indah berkilau walau ada dalam kubangan lumpur. Hidupnya penuh dengan cintaNya. Semoga menjadi seperti mutiara akan menjadi pilihan banyak anak manusia. Rosulullah bersabda,” Bila hamba-Ku dekati-Ku sejengkal, maka Aku akan dekati dia sehasta. Bila dia dekati-Ku sehasta, maka Aku akan dekati dia sedepa. Dan apabila dia datang mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan dekati dia dengan berlari” (HR Bukhari)
Mengubah diri menjadi seperti mutiara memang tak mudah. Ada setan yang selalu mengintai. Tapi ingatlah bahwa kematian pun selalu mengiringi setiap langkah manusia, dimanapun berada. Dan cukuplah janji Allah menjadi sumber kekuatan. Sebuah hadits qudsy riwayat Tirmidzi dari Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “bahwa Allah telah berfirman, “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi (dosamu). Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula” (HR Tirmidzi).
Sungguh, kita indah bila menjadi seperti mutiara. Wallahu’alam.
■¤¤¤( CIIA-The Community of Ideological Islamic Analyst : [email protected] )¤¤¤■