Pada perang Khandaq ini , selain menunjukkan sikap kepahlawanannya , Shafiyyah membuktikan kecerdasan dan kecerdikannya . Jika hendak berperang biasanya kaum wanita ditempatkan Rasulullah dalam sebuah benteng karena kawatir serangan musuh terhadap mereka. Pada perang Khandaq ini Rasulullah menempatkan SHafiyyah yang tidak lain adalah bibinya ini di dalam benteng Hasan bin Tsabit , seorang ahli syair yang turut berjuang membela Rasul dengan syair-syairnya. Kegentingan perang membuat Rasul dan para sahabatnya tidak sempat memikirkan apa yang terjadi di benteng kaum wanita dan orang-orang yang lemah ini..
Sampai tiba-tiba pandangan mata Shafiyyah tertuju pada sekelebatan orang yang bergerak di waktu fajar. Ditegaskan pandangannya ini dan tahulah ia bahwa itu adalah seorang yahudi yang mengintai benteng. Shafiyyah segera tajam nalurinya dan menyadari bahwa pria ini adalah mata-mata yahudi untuk mengetahui apakah ada pria yang bertugas menjaga benteng atau tidak.’
Shafiyyah lalu berkata dalam hatinya “ Tidak ada seorang priapun yang menjaga benteng kami dari serangan mereka. Jika saja fakta ini mereka ketahui niscaya mereka pasti akan membunuh kaum wanita dan anak-anak disini. Jika ini terjadi maka akan menjadi musibah yang sangat besar bagi kaum muslimin”.
Maka Shafiyyah pun bergegas meraih penutup kepalanya dan kemudian mengambil sebatang besi. Dia lalu turun menuju pintu benteng dengan hati-hati sambil mengawasi gerakan mata-mata tersebut. Ketika sudah dalam posisi dekat dia pun segera memukulnya hingga jatuh tersungkur dan memukulnya kembali hingga tewas. Dia pun meraih sebilah pisau kemudian dipotongnya kepala orang tersebut. Setelah dipotong, dilemparkannya dari atas benteng hingga jatuh di kerumunan bangsa Yahudi yang sedang menunggu kedatangan mata-mata tersebut. Dengan melihat kepala kawannya tersebut , maka ciut dan gentarlah hati mereka dan yakin bahwa Muhammad tidak pernah meninggalkan kaum wanita dan anak-anak tanpa seorangpun yang melindungi.
-Imarah Muhammad Imarah –