“Suatu hari saya sedang mengantar dan saat itu cuaca sangat panas di East Side. Saya membeli strawberry frappe dan menjatuhkannya, kemudian saya melanjutkan puasa.
“Saya berhenti memakai cat kuku selama sebulan dan mengenakan rok lebih panjang. Pada akhir bulan, saya merasakan lebih nyaman,” ujar Marina.
Marina bahkan bergabung dengan Himpunan Pelajar Muslim di Alverno College, tempat ia menjadi mahasiswa bisnis internasional. Di sana ia bertemu Sakina, yang mengajarinya dasar-dasar Islam.
Setelah itu, Marina mantap mengunjungi Islamic Society of Milwaukee (ISM) di Wisconsin pada 29 Juni 2012, untuk menyempurnakan dirinya menjadi seorang Muslim dengan membaca syahadat.
Ibunya Marina, Jill Ochoa mengatakan, setelah anaknya menjadi mualaf, banyak sekali perubahan yang terjadi pada anaknya. Semua perubahan itu membawakan Marina menjadi lebih postif dan bahagia.
Lalu bagaimana proses Ochoa masuk Islam?
Ochoa juga menjadi mualaf setelah menerima surel dari temannya untuk menghadiri diskusi antaragama di Milwaukee School of Engineering (MSOE). Diskusi itu dihadir oleh seorang imam, pendeta, dan rabi.“Jika seorang melakukan kejahatan kepada seorang anak, kemudian mereka meminta pengampunan sebelum mati, apakah mereka masih bisa masuk surga?” tanya Ochoa.“Ya,” jawab pendeta.“Kami tidak yakin apa yang akan terjadi,” kata rabi.Kemudian seorang imam menjawab, “Kami menganggap dunia ini sebagai timbangan. Tidak setiap perbuatan memiliki bobot yang sama. Ketika Anda menghadap Tuhan, Anda ingin memiliki lebih banyak perbuatan baik daripada buruk. Anda tidak hanya merasa menyesal saja. Tetapi Anda harus lebih banyak melakukan amal baik.”
Pada saat itulah, Ochoa memutuskan untuk menjadi mualaf. Hingga saat ini, dua lagi putri Ochoa telah memeluk Islam. Jade, telah menjadi Muslim tiga tahun lalu dan Melissa, menjadi Muslim pada 27 Ramadan tahun ini. (Okz)