Jadi cemburu sesungguhnya adalah perasaan yang dianugerahkan Alloh. Wajar bahkan wajib dimiliki untuk alasan yang dibenarkan. Ini berarti cemburu harus dimanaj sedemikian rupa agar proporsional dan tidak mengotori hati, apalagi mengarah pada pelanggaran syariat. Pada perilaku dosa dan mendatangkan murka Alloh. Betapa berbahayanya bila cemburu buta terjadi. Tak lagi si pencemburu buta takut pada Alloh. Tak peduli lagi ia pada dosa. Tak malu ia melakukan tindakan apa saja, sekalipun menyebarkan aibnya sendiri. Hawa nafsu yang terus diperturutkan dapat melupakan banyak hal, termasuk kehormatan diri dan keluarganya.
Di Samarinda, Kalimantan Timur seorang istri yang cemburu membakar suaminya hingga tewas (06/03/2013). Di Tasikmalaya, seorang pemuda nekat membunuh seorang janda mantan kekasihnya yang dicemburuinya (20/02/2013). Warga Desa Mojokerto cemburu dan gelap mata hingga akhirnya membacok seorang pria setelah melihat isi sms mesra istrinya dengan pria tersebut (08/03/2013).
Rosulullah sendiri tidak akan membiarkan jika cemburu itu mendorong perbuatan yang diharamkan seperti mengghibah. Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, cukup bagimu Shafiyyah, dia itu begini dan begitu (pendek)”. Rasulullah berkata: “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata, yang seandainya dicampur dengan air laut, niscaya akan dapat mencemarinya” (HR Abu Dawud).
Ketika mendapatkan Shafiyyah menangis Nabi bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?.” Shafiyyah menjawab, “Hafshah mencelaku dengan mengatakan aku putri Yahudi”. Nabi berkata menghiburnya, “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau adalah istri seorang nabi. Lalu bagaimana dia membanggakan dirinya terhadapmu?”. Kemudian beliau menasihati, “Bertakwalah kepada Allah, wahai Hafshah” (HR An Nasa’i).