Ketika saya berada di kota Dublin pada tahun 1956, saya sempat mengunjungi Yayasan Baba Yosua. Lantas, terjadilah dialog panjang antara saya dengan seorang Baba yang juga ketua yayasan tersebut. Dalam salah satu dialognya, saya berkata padanya,” Mengapa kalian menuduh Islam dan Nabinya, khususnya dalam buku buku kurikulum, dengan tuduhan yang tidak pantas diucapkan pada masa di mana bangsa bangsa telah saling mengenal dan berbagai budaya saling berinteraksi?”
“Kami bangsa barat, tidak bisa menghormati seorang laki laki yang menikah dengan sembilan wanita,” jawabnya.
Saya bertanya,”Apakah kalian menghormati Nabi Daud dan Nabi Sulaeman?”
“Tentu. Bagi kami, mereka berdua adalah bagian dari nabi nabi bangsa Israel.”
Saya menimpali,”Nabi Daud mempunyai 99 isteri. Kemudian Nabi Daud menikah dengan isteri salah seorang panglimanya untuk melengkapi jumlah isterinya menjadi 100. Seperti yang diterangkan Taurat, Nabi Sulaeman mempunyai 700 isteri dari wanita wanita yang merdeka, dan 30 isteri dari budak budak wanita. Mereka semua adalah wanita wanita tercantik pada zamannya. Lalu, bagaimana kalian bisa menghormati seorang laki laki yang menikah dengan 100wanita, sementara itu, kalian tidak bisa menghormati laki laki yang hanya menikah dengan Sembilan wanita? Mengapa kalian tidak bisa menghormati laki laki yang menikah dengan Sembilan wanita, delapan di antara mereka adalah janda, kaum ibu, yang sebagiannya di antaranya telah tua usianya, dan hanya seorang yang dinikahi dalam keadaan gadis?”
Sang Baba terdiam, lalu dia berkata,”saya telah salah ucap, maksud saya, kami , bangsa barat tidak bisa menikahi lebih dari satu wanita. Bagi kami, seorang lelaki yang menikah dengan beberapa wanita adalah aneh, atau hanya menuruti syahwat.
Saya berkata padanya, “Lantas , apa pendapat anda tentang Nabi Daud dan Nabi Sulaeman dan Nabi nabi Israel yang lain, hingga Nabi Adam yang mempratekkan poligami?”
Dia terdiam, tak mampu memberikan jawaban.
***
Tidakkah mereka merasa bersalah ketika mencemooh Islam karena alasan poligami?
Tidakkah mereka merasa bahwa poligami hingga empat isteri lebih baik daripada jika tiap malam terus berganti ganti pasangan? Bukankah laki laki yang rela memikul tanggung jawab wanita yang ia gauli lebih baik daripada laki laki yang “lepas tangan?”
Tidakkah mereka merasa bahwa melahirkan sejuta anak melalui pernikahan yang sah lebih baik daripada melahirkan satu anak di luar ikatan pernikahan yang sah?
– DR Mustafa Al Siba’i –