Beberapa hadis tersebut, menggambarkan kepada kita mengenai keadaan kaum perempuan menjelang hari akhir. Lalu yang menjadi pertanyaan, sudah tampakkah keadaan yang disebutkan dalam hadis Rasulullah ini di zaman sekarang?
Lihat saja, pakaian tabarruj (pamer aurat) sudah biasa terlihat di mana-mana. Bahkan di kalangan perempuan muslimah sendiri. Pada kenyataannya mereka tidak berpakaian, mereka berlari di belakang model-model pakaian yang baru muncul dan mengikuti cara berpakaian orang barat yang jelas-jelas kafir. Bahkan bentuk hijab (penutup aurat) perempuan muslimah yang ada pada zaman ini, yang mereka sebut dengan “model muslimah” berasal dari ‘Shopping Centre’.
Di zaman sekarang, sepertinya free sex (perzinahan) juga sudah merupakan hal yang lumrah, ikhtilath antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi kebiasaan bagi para kaula muda. Penyakit yang sangat berbahaya ini ternyata telah menjamur ke belahan dunia lainnya. Seperti ke negara bagian timur, yang terkenal dengan sopan santun dan tata kramanya. Hal ini sebagai salah satu indikasi bahwa zaman telah mengalami keboborokan akhlak.
Ada fenomena lain lagi yang mengindikasikan keboborokan akhlak manusia di akhir zaman sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di atas. Bahwa, salah satu di antara ciri kiamat adalah seorang hamba perempuan melahirkan tuannya.
Terdapat beberapa penafsiran para ulama mengenai maksud dari sabda Rasulullah SAW tersebut. Pertama, maksudnya adalah seorang anak menyetubuhi ibunya sendiri. Kedua, seorang anak memperlakukan ibunya seperti budak. Ketiga, durhaka anak terhadap ibunya. Keempat, keadaan di atas menggambarkan kekacaun sosial dari segi moral. Dari beberapa tafsiran di atas semuanya mengarah pada satu wacana yang sama, yaitu di antara alamat hari akhir terjadi kekacauan akhlak pada diri manusia, seperti perlakuan anak yang tidak layak kepada ibunya.
Muslimah, meskipun kiamat adalah suatu rahasia besar, tapi Allah memberikan sejumlah isyarat atau tanda kepada manusia bahwa saatnya telah dekat. Karena itu, sebagai muslim, kita butuh kepekaan hati untuk bisa membaca tanda-tanda tersebut. Dan terpenting, mempersiapkan diri untuk membawa bekal sebaik-baiknya untuk kehidupan akhirat yang kekal nantinya.
Wallahu A’lam.[sindonews]