“Ibunda para syuhada”, itulah gelar yang diberikan kepada Khansa RA. Beliau adalah sahabat Nabi SAW yang memiliki nama asli Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah.
Disebut sebagai Ibunda para syuhada karena keimanan dan kecintaannya kepada islam sehingga mendorong keempat anaknya untuk berjihad di jalan Allah di medan perang Qadisiyah (sekitar 636 M).
Sebelum perangan Qadisiyah dimulai, terjadilah perdebatan sengit di rumah Khansa RA. Di antara keempat putranya saling berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling menunjuk yang lain untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan mereka itu terdengar oleh Khansa RA.
Maka Khansa (r.ha) mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.”
Khansa RA berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, “Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian. Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup.”
Keempat anaknya pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak yang tewas di tangan mereka. Akhirnya mereka pun satu per satu gugur sebagai syahid. Ketika Khansa mendengar kematian dan kesyahidan putra-putranya, sedikit pun ia tak merasa sedih. Bahkan ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukanku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya yang luas.”
Sekelumit kisah yang semisal dengan sahabat Khansa RA, Alhamdulillah dapat disaksikan di Suriah. Umi Hissan, seorang ibu dari tiga putra, telah kehilangan suami dan anak pertamanya pada saat konflik yang dibekahi (insyaAllah) baru dimulai. Pada suatu hari yang diberkahi, suaminya meninggal terkena tembakan sniper pasukan rezim Bashar. Sebulan kemudian, anak pertamanya juga syahid (insyaAllah) oleh tembakan sniper tentara rezim bassar. Tidak cukup itu, anak keduanya juga ditangkap dan dijebloskan ke penjara tidak lama setelah putra pertamanya syahid. Hingga kini, keberadaan putra keduanya juga tidak diketahui sebagaimana lazimnya yang terjadi di Suriah selama ini. Kini, Ummu Hissan tinggal bersama anaknya yang ketiga yang baru menginjak remaja melewati masa perang dan musim dingin. Tanpa listrik dan bahan makanan menjadi pemandangan setiap hari bagi orang-orang semisal Ummu Hissan di Suriah. Pada saat tim HASI berkunjung ke rumah Ummu Hissan, beliau menyempatkan diri untuk berpesan kepada para ummahat di Indonesia untuk bersabar dan tetap tegar menghadapi setiap ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wanita tegar lainnya adalah Ummu Ahmad. Beliau adalah janda dengan lima orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana. Pada saat konflik terjadi, Ahmad meminta izin kepada ibunya untuk bergabung dengan kelompok perlawanan. Pimpinan kelompok perlawanan mengenalinya sebagai anak dari Ummu Ahmad. Dengan alasan anaknya masih muda dan tidak memiliki apa-apa, Ahmad diminta untuk kembali ke rumahnya dan merawat ibu dan saudari-saudarinya. Setibanya di rumah, Ummu Ahmad menangis dan sangat sedih karena anaknya tidak diizinkan untuk berjuang bersama barisan mujahidin di bumi ribath.
Untuk membantu mengurangi beban hidup masyarakat Suriah, khususnya di Kota Salma Provinsi Latakia, HASI memberikan bantuan tunai kepada para fakir miskin, korban luka, dan keluarga korban di sekitar Jabal Akrod senilai US $ 7.000. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amal baik dari para donatur yang telah menyumbangkan sebagian hartanya untuk kaum muslimin di Suriah. Tidak lupa, para penerima bantuan mendoakan kepada para donator dan kaum muslimin Indonesia secara umum, semoga Allah melimpahkan balasan yang sebaik-baiknya dan mengumpulkan segala kebaikan bagi kaum muslimin di Indonesia.
Abu Lukman, Tim Kelima Relawan HASI untuk Suriah.