Ia bukan lelaki sembarangan, tapi lelaki shaleh pilihan Allah untuk menikmati ujian musibah mempunyai istri yang tak menaatinya. Hanya lelaki kuat dan tangguh yang Allah pilih. Sebab cintaNya yang teramat besar pada hambaNya, tak mungkin membebani sang hamba dengan ujian yang melebihi batas kemampuannya. Allah memilih seorang pria untuk menjalani hidup seperti nabi Nuh karena ingin mengangkat derajatnya di hadapanNya.
Bukan karena ia lelaki tak baik-baik sehingga memiliki istri tak baik dan berani melakukan pelanggaran syara berulang. Bukan karena ia lelaki tak shaleh sehingga Allah memberinya seorang istri yang bahkan memilih berada pada titik tak peduli dengan dosa, persis seperti istri nabi Nuh kala mendapat untaian nasihat dari sang suami. Bukan. Tapi semata taqdir Allah lah yang menetapkan demikian.
Kasus yang dialami salah seorang sahabat saya bisa diambil ibrohnya. Agar kita tidak mudah memvonis kala di sekitar kita mungkin ada lelaki baik yang memiliki istri jahat atau sebaliknya, istri shalehah tapi mempunyai suami durhaka pada Allah.
Tak ada yang salah saat sahabat saya itu memilih seorang wanita menjadi istrinya. Hati lelaki shaleh itu putih, tak mungkin ada suudzon di hatinya. Apalagi wanita pilihannya adalah aktifis dakwah, yang rutin mengaji minimal setiap pekan sekali. Auratnya pun tertutup sempurna. Siapa pun tak akan menyangka jika ternyata si wanita memiliki hati dan perilaku seperti istri Abu Lahab.
Setelah menikah beberapa waktu, baru ketahuan siapa sesungguhnya sang istri. Ternyata sang istri memiliki mulut yang benar-benar tidak terjaga. Suka mencaci maki orang lain, menjuluki orang lain dengan kata-kata buruk, bahkan tetap tak bisa menahan diri untuk tidak menuduh dan melaknat orang lain dengan kalimat yang amat tidak pantas diucapkan oleh wanita muslimah. Ternyata wanita dengan tutur kata lembut tidak menjamin baik juga kalimat yang terucap lisannya, bisa jadi sangat kasar dan mendholimi. Sebagai pengemban dakwah, sang istri pasti tahu bahwa Allah berfirman, ” Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) bisa jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) bisa jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (al-Hujuraat: 11)
Rasulullah SAW juga bersabda: Mencaci maki pada seorang Muslim berarti fasik(melanggar agama) dan memerangi orang Muslim berarti kafir” (HR. Bukhori danMuslim).