Duhai wanita, apa sebenarnya yang menghalangimu untuk berhijab sempurna? Yang semata dilakukan karena Allah, bukan yang lain. Yang dikenakan hanya untuk mematuhi perintah Allah, bukan yang lain. Bukan agar tampil lebih menarik, modis, keren, dan mengundang decak kagum siapa pun yang memandangnya.
Berhijab karena Allah, adalah berhijab sesuai dengan yang Allah kehendaki. Bukan “semau gue” tanpa aturan. Bukan pula “asal-asalan” tanpa pedoman. Karena berhijab adalah bagian dari kewajiban. Bernilai ibadah, yang berpahala jika dilaksanakan dan berdosa bila ditinggalkan.
Bila tanpa aturan, maka muncullah berhijab modern sebagai bagian dari mode yang berubah-ubah mengikuti trend pasar. Berkerudung namun tipis dan tak sampai menutupi dada. Berkerudung tapi masih pake baju transparan ala Korea. Berkerudung tapi bercelana pensil amat ketat hingga terlihat jelas bentuk pinggul dan kaki. Berkerudung tapi baju amat ngepress di badan seperti ketupat. Sungguh, berhijab model begitu tidak seperti yang Allah kehendaki. Allah menghendaki seorang wanita mulia, terjaga dan terlindungi. Dan itu hanya akan ada kala sempurna berhijab mengikuti aturanNya yang tertuang indah dalam Alquran.
Allah berfirman dalam surat An Nuur ayat 31, “Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung hingga ke dadanya.” Demikian juga Allah berfirman, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Ahzab: 59)
Sungguh, aku juga semakin tak bisa mengerti kala melihat perilaku kaumku dalam pergaulan. Sudah bukan rahasia lagi, betapa banyak wanita yang telah menyerahkan kehormatan yang sesungguhnya amat tersembunyi hingga hamil di luar nikah. Tak bisa dibayangkan, yang letaknya amat rahasia saja hilang apalagi yang tidak. Pacaran seperti sudah menjadi bagian gaya hidup. Tidak keren jika tidak pacaran. Merasa ketinggalan jaman dan kuper jika tidak pacaran. Menganggap tak mungkin bisa menikah tanpa didahului proses berpacaran. Tak disadari bahwa pacaran sesungguhnya sama saja dengan membuka pintu lebar-lebar bagi setan untuk memasuki dan menggoda lebih dalam lagi.
Pacaran, sangat terlarang dalam Islam. Sebab, pacaran sesungguhnya merupakan sebuah akifitas mendekati zina. Terbukti saat pelaku pacaran berubah menjadi berbadan dua. Jelas terlihat pacaran adalah sebuah pelampiasan syahwat. Hanya untuk mencari kepuasan dan kenikmatan. Pelan namun pasti, bisa menjerat dua anak manusia yang sedang terkena panah asmara untuk semakin dekat dengan zina sesungguhnya. Mulanya zina hati, zina mata, zina tangan, zina kaki hingga mana kala godaan setan semakin tak terbendung akhirnya jadilah zina yang sebenar-benarnya.