“Love story lets make it history” , demikian sepenggal lirik lagu yang kurang lebih berarti ingin menorehkan sejarah kisah cinta. Berbicara mengenai cinta, cinta tak hanya milik antara sepasang kekasih, orang tua kepada anak, cinta dengan sahabat, cinta dengan benda ataupun cinta dengan hewan peliharaan. Sungguh dahsyat cinta, cinta sangat sulit digambarkan dengan kata-kata, hanya perbuatan yang mampu menunjukkan kehebatan cinta.
Sepasang suami istri yang selalu berpegangan tangan dan memandang penuh arti, saling menyuapi makanan ke mulut masing-masing, saling membelai tangan, walaupun sang suami tahu betul bahwa usia istri tak lama lagi karena sang istri sedang mengidap penyakit serius yang mematikan “kanker payudara”.
Di belahan bumi lain, seorang ibu dengan sekuat tenaga melahirkan buah hatinya yang dikandungnya dengan segala daya upaya, walaupun sang ibu tahu betul jika ia ngotot melahirkan maka nyawanya sendiri akan terancam tak terselamatkan.
Juga ada kisah seorang ayah yang rela kehilangan salah satu organ tubuhnya yang penting, yaitu ginjalnya, demi sang buah hati yang sedang mengalami penyakit gagal ginjal yang serius, atau cerita tentang seekor binatang peliharaan, seekor kucing. Ia telah menyelamatkan tuannya dari kecelakaan kebocoran kompor gas dirumah majikannya, dengan menyelamatkan bayi majikannya terlebih dahulu.
Sungguh, begitu dahsyatnya cinta. Jika kita merenung maka kita tahu hakikat cinta sesungguhnya. Cinta tidak datang dengan tiba-tiba. Cinta diciptakan Allah Swt. dengan begitu indah dan lembutnya, cinta merupakan sifat- sifat Allah Swt. Di dalam 99 Asmaul Husna (nama-nama yang indah) yang dimiliki Allah Swt. terdapat misteri yang sangat luas dan diluar jangkauan manusia, dan semuanya mengandung arti cinta yang tak dapat dibayangkan umat manusia, karena cinta adalah milik Allah Swt.
Begitu luas dan dalamnya cinta Sang Pencipta kepada umatnya, sehingga begitu tak terbatasnya maaf dan kesabaran yang dimiliki Sang Penciptanya kepada makhluknya. Salah satu makhluk ciptaannya adalah seorang anak manusia; Rasulullah Muhammad Saw. Beliau adalah seorang Rasul penutup dari kenabian dan rasul lainnya. Beliau merupakan kekasih Allah Swt., dan bahkan tak hanya seluruh umat di penjuru alam semesta ini selalu mendoakan dan bershalawat kepada Rasulullah Muhammad Saw. tetapi Allah Swt. pun senantiasa bershalawat kepadanya.
Kembali pada cinta yang dimiliki manusia, sebegitu dahsyat cinta yang dimiliki oleh umat manusia. Tak cukup hanya sering diucapkan mulut dan dilafazkan oleh lidah yang tak bertulang, namun juga melalui perbuatan. Sungguh dahsyat ukuran cinta bagi makhluk ciptaan Allah Swt. yang bernama manusia, sehingga sering kali mereka rela menukar kehidupannya dengan cinta yang didapatkannya, mereka rela mengorbankan nyawa yang dimilikinya demi cinta, manusia juga rela menukar harta demi adanya cinta dalam kehidupan mereka. Sungguh serumit itukah cinta yang direasakan manusia?
Sungguh tak masuk akal, demi cinta manusia rela menukarkan apapun yang dimilikinya. Bahkan jika cinta itu dapat dibeli dengan uang atau nyawa sekalipun, manusia akan membelinya.
Namun sadarkah semua cinta yang diinginkan sebagian besar manusia adalah cinta duniawi, padahal duniawi semuanya bersifat sementara, semua hanya titipan dan amanah dari Allah Swt. Pernahkah terpikir bahwa kita bisa seperti Khadijah istri Rasulullah Muhammad Saw. yang tak hanya memiliki kecintaan pada sang suami tetapi juga memiliki kecintaan dan keyakinan yang begitu besar kepada Allah Swt.. Sehingga beliau rela memberikan seluruh hartanya demi perjuangan Rasulullah Saw. di jalan Allah Swt.
Manusia, janganlah kita hanya mengatakan dengan lantang beriman kepada Allah Swt dan rasul-Nya, tapi ketika disebut nama Rasulullah Saw. sering kita tidak menyambung dengan bersholawat kepadanya, padahal dengan bersholawat kita sudah termasuk melakukan perbuatan nyata bentuk cinta kepada Allah Swt. dan kepada Rasulullah.
Kita sering bertasbih menyebut dan mengagungkan asma Allah Swt. namun sering kali hati tak ikut bertasbih. Apakah itu bentuk cinta manusia pada sang penciptanya? Sungguh manusia harus memperbanyak melakukan perenungan dan memohon ampun, karena begitu banyak nikmat Allah Swt dan kecintaa-Nya kepada makhluk-Nya, namun tetap saja manusia masih lebih sering menuntut dan terus menuntut, tak jarang pula menyalahkannya apabila ada permohonan tak terkabulkan.
Tidakkah kita melihat bahwa seburuk apapun manusia jika telah meminta pada Allah Swt. maka Allah Swt. akan mengabulkannya, dan bentuk cinta bagaimana lagi yang diinginkan manusia? Harusnya manusia membalas cinta Allah Swt kepada kita dengan senantiasa melakukan segala yang diinginkan Allah Swt.
Jadi, sudahkah kita membuat Allah Swt. mencintai kita? Sudahkah kita bersyukur kepadanya? Semoga kedahsyatan cinta yang kita rasakan sebagai manusia, mampu kita berikan pula kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan segala perintahnya.
Penulis: Yannys Maulia Sari
Lahir di Surabaya, 11 Januari 1979, menetap di Sumbawa Barat. Ibu rumah tangga yang hobi membaca, dan sedang memulai dan mencoba hobi menulis.