Eramuslim – SEORANG anak kelas 7 ngambek dan menangis hebat saat dipaksa orang tuanya mengerjakan PR beberapa mata pelajaran. Si anak enggan mengerjakan PR itu dan orang tuanya bertanya mengapa. Jawabannya singkat saja: “bukan bidang keahlianku.”
Dari manakah anak ini mendapatkan kata “bukan bidang keahlianku?” Ternyata anak ini bertanya kepada guru matematikanya di suatu hari tentang mengapa guru itu hanya mengajar matematika dan tidak yang lainnya. Gurunya menjawab: “Matematika adalah keahlianku. Selain itu aku tidak ahli.”
Pertanyaan kita adalah “haruskah kita memaksa anak kita mempelajari semuanya dan ahli dalam semuanya?” Pertanyaan berikutnya adalah “perlukah kita mengkursuskan anak kita di semua bidang mata pelajaran sepulang mereka dari sekolah?”
Sepertinya kita harus mempertimbangkan secara serius mau dijadikan manusia seperti apa anak kita kelak? Apakah kita ingin anak kita menjadi manusia komputer yang sangat cerdas namun tak memiliki perasaan sama sekali? Kalau iya, jangan salahkan jika sang anak kelak tak mau taat dan berbakti kepada orang tuanya kecuali menurut kalkulasinya menguntungkan secara finansial. Kalau tidak, maka pelajaran dan pengajaran apakah yang sesungguhnya tak boleh dilupakan untuk ditanaman kepada anak?
Mengajari anak untuk cerdas akal tentu tidak salah. Namun membiarkan anak menjadi bodoh hati karena jauh dari sentuhan agama dan spiritualiame adalah sebuah kesalahan besar. Tegasnya, jangan lupakan pendidikan agama. Salam, AIM. (Inilah)