Setelah mengikuti Baiat ‘Aqabah pertama, sang muslimah pun menyebarkan Islam kepada seluruh keluarga dan penduduk Madinah kala itu. Karenanya pula, saat genderang jihad ‘Uhud ditabuh, ia menjadi yang terdepan dan disebut oleh Syeikh Mahmud al-Mishri sebagai, “Mujahidah pertama dalam sejarah Islam yang mengikuti perang.”
Atas jasa diri, anaknya (‘Abdullah bin ‘Ashim), dan suaminya dalam jihad ‘Uhud pula, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa, “Ya Allah, jadikanlah mereka sebagai teman-temanku di surga.” Betapa mulianya muslimah ini dan keluarganya. Bahkan mendidik diri di jalan taqwa amatlah sukar, tapi beliau berhasil menggapai derajat tinggi di surga sebagai teman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang amat mulia bersama seluruh anggota keluarganya.
Di medan jihad Hunain, beliau juga turut serta. Bahkan menjadi satu di antara yang bergegas saat ‘Abbas bin Abdul Muthalib memanggil pasukan kaum Muslimin dengan mengatakan, “Dimanakah orang-orang yang mengikuti Baiat Ridhwan?”
Dengan bara semangat di dalam hati dan raganya, ia pun segera maju dan mengatakan, “Aku, aku, aku.”
Duhai, inilah teladan yang sukar dicari tandingannya hingga kini. Sosok yang memiliki tiga nama sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dalam Shirahnya ini, tiada lain adalah Ummu Umarah yang disebut juga Ummu Imarah dan Ummu Amarah. [Pirman/Kisahikmah]