Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus

Ketika kubuka halaman facebook-ku, terlihat beberapa friend requests, permintaan beberapa teman yang belum aku setujui. Kubuka dan ku-cek siapa yang ingin masuk dalam daftar temanku. Tertegun aku pada satu nama, Bunga (bukan nama sebenarnya). Segera aku setujui untuk menjadi temanku, dan kubuka-buka profile-nya dan melihat gambar-gambar yang telah dikirimnya, dapat kubayangkan betapa suksesnya dia sekarang. Sosok kawan lama yang sudah hampir 12 tahun tak berjumpa, setamat kuliah dulu. Kini Bunga bekerja di salah satu negeri di Eropa.

Sosok wanita karir yang sukses terkesan dari foto-foto yang diletakkannya dalam facebook. Senyum kesuksesan wanita mandiri senantiasa tergambar dari foto-fotonya yang berada di beberapa belahan dunia, Roma, Amsterdam, London, Berlin, Tokyo, Paris, Seoul, Beijing, New York, dan entah kota-kota mana lagi. Dalam busana minim, yang menampilkan lekuk tubuh, baju yang berkerah rendah, lengkap dengan make-up mutakhir, dan asesoris wanita modern. Dalam salah satu foto, Bunga tersenyum di meja restoran, kuku-kukunya dari tangan halus itu berwarna merah, diberi pewarna kuku. Tangan halus itu memegang dan mengangkat gelas wine. Gelas yang biasa digunakan untuk minuman keras.

Terkenang aku 25 tahun lalu, ketika kami belajar di Sekolah Dasar. Dia adalah sahabat dan juga saingan dalam berebut ranking kelas. Setiap semester kami selalu bergantian siapa yang akan merebut posisi to be number one. Walaupun bersaing, tak ada iri hati dan dengki, persaingan dilakukan dengan sehat, saling mendukung mengeratkan persahabatan kami. Ketika Sekolah Menengah Pertama, kamipun bersama-sama, berhasil mendaftar di sekolah negeri terbaik di kota kami, dan kembali lagi kami bersama-sama sekelas dengan anak-anak yang mempunyai nilai-nilai terbaik di kota kami. Berusaha untuk menjadi yang terbaik tak menghalangi persahabatan kami.

Bunga adalah anak yang baik, berasal dari anak orang yang mapan tak membuat dia sombong. Dia mempunyai cita-cita yang tinggi dan semangat belajar yang kuat. Anak yang rajin beribadah, tak pernah meninggalkan shalatnya. Ketika sekolah kami masuk sekolah jam 1 siang, tapi Bunga tak pernah meninggalkan shalat Zhuhur dan Ashar di mushalla sekolah, sering masih diiringi dengan shalat sunat. Mukanya sering terlihat basah, dan aku tak perlu bertanya sebabnya karena aku tau dia pasti barusan wudhu, dia selalu menjaga air wudhunya. Kelas dua, dia minta cuti ke sekolah selama sebulan, bapaknya ingin mengajaknya bersama sekeluarga jalan-jalan ke Eropa, tempat dimana bapak Bunga dulu menyelesaikan masternya. Mungkin orangtuanya berharap perjalanan mereka ke Eropa akan menjadi inspirasi untuk anak-anaknya untuk belajar bersungguh-sungguh hingga ke Eropa sana.

Ketika Sekolah Menengah Atas (sekarang SMU) kamipun berhasil masuk ke sekolah terbaik di kota kami, Bunga menjadi anak yang semakin terkenal taat beragama.Walaupun tidak satu kelas, tetapi persahabatan sekian lama kami terus berlangsung. Bunga menjadi olok-olokan teman di sekolah karena suka memakai kaus kaki yang panjang. Ia ingin memakai kaus kaki yang panjang karena ingin menutupi auratnya.

Masa itu menutup aurat untuk anak perempuan muslim adalah tindakan yang tidak popular, bahkan kontrovesial. Bunga yang terkenal cukup tegas dan idealis cuma bisa memakai kaus kaki panjang sampai ke dengkulnya. Anak-anak yang lain sering menjadikannya bahan olok-olokan dibelakangnya, Si kaus kaki bola, atau “Bunga si kaus kaki panjang”. Tapi karena Bunga seorang yang berkepribadian tinggi dan percaya diri apalagi otaknya cerdas di sekolah, dia cuek saja, biar saja orang berkata apa, yang penting ia sudah melaksanakan keyakinannya.

Akhir kelas 1 SMA, Bunga melakukan tindakan yang “kontroversial” pada saat itu, dia ke sekolah dengan memakai jilbab. Dialah anak perempuan pertama di angkatan kami yang memakai jilbab, ketika anak-anak perempuan masih menggunakan rok abu-abu pendek dan ketat, dia sudah menutup auratnya. Rambutnya tertutup dengan jilbab putihnya. Ketika kami olahraga masih menggunakan baju kaos pendek dan celana ketat pendek, Bunga menggantikan dengan celana panjang dan kaos panjang di dalam baju olahraga sekolah. Dia rela berpanas-panas dengan baju yang double karena keyakinannya bahwa sudah sampai waktunya untuk menutup auratnya, karena menutup aurat adalah wajib bagi wanita muslim yang telah dewasa.

Pertengahan SMA, Bunga pindah ke Bandung, dia sangat bercita-cita untuk melanjutkan kuliah di sekolah tinggi engineering paling terkenal di Bandung, bahkan di Indonesia. Akupun ingin juga, tapi karena dana yang tak cukup dari orangtua, cukup berjuang nanti saja (melalui bimbingan belajar dari kota ku saja). Kepindahannya ke Bandung sebagian dari persiapan itu, dengan harapan bersekolah di Bandung membuat persiapannya semakin matang. Kamipun berpisah. Persahabatan dari kecil itu dipisahkan oleh cita-cita.

Alhamdulillah, akupun berhasil menyusulnya ke Bandung, aku berhasil lulus di salahsatu jurusan di sekolah tinggi paling terkenal di Bandung. Namun aku tak menjumpai sosok Bunga, mana dia. Dia yang bercita-cita dulu kemari duluan. Di tiap jurusan tak kutemukan namanya. Ternyata Bunga tak berhasil pada tahun ini. Kujumpai Bunga di rumahnya, dan betapa terkejutnya aku, dia sudah membuka jilbabnya. Ternyata sejak pindah ke Bandung dia sudah tidak menutup auratnya lagi. Pada saat itu memakai jilbab pun masih sesuatu yang langka di sekolahnya, katanya.

Dia gak mau dipandang aneh, Ingin beradaptasi, bergaul dan diterima dengan baik dalam lingkungan barunya.Ya, aku cuma terdiam karena akupun belum memakai jilbab saat itu. Mau komentar apa, yang jelas Bunga cuma menjawab dengan alasan dua kata saja, people change. Kesadaraan dan keyakinanku semakin kuat ketika tahun kedua kuliah untuk mulai merubah diri, melaksanan kewajiban yang telah aku lalaikan sekian tahun sejak menjadi wanita dewasa. Kewajiban menutup aurat memakai jilbab pun semakin diikuti kawan-kawan dekat kami lainnya.

Tahun kedua aku kuliah, Bunga berhasil masuk kuliah di sekolah tinggi itu, tempat kuliah yang menjadi idaman anak lulusan SMA, sekolah tinggi yang pada masa itu selalu menyambut mahasiswa-mahasiswa barunya dengan slogan yang besar, “Selamat datang putera puteri terbaik bangsa”. Tahun demi tahun berganti, aku pun lulus, bekerja dan menikah. Bunga tak kudengar kabarnya lagi. Terakhir aku dengar-dengar kabar dia melanjutkan sekolah di Eropa dan kemudian bekerja di sana.

Sehingga hari ini jaringan sosial facebook membuat kami berjumpa kembali walaupun di dunia maya. Kini aku termenung melihat gambarnya, bangga dan gembira akan kesuksesannya di Eropa sana, tercapailah cita-cita orangtuanya. Namun di antara kebanggaan dan kebahagiaanku melihat kesuksesannya sebagai kawan aku juga bersedih melihat penampilannya, terkenang bertahun-tahun silam bagaimana dia yang begitu mendalami dan melaksanakan ajaran agama, bahkan disaat kami masih sangat muda. Dimana nilai-nilai agama yang pernah dipelajari, dipahami dan begitu diyakininya dulu. Apakah dia sekarang masih berprinsip gak mau dipandang aneh, ingin beradaptasi, bergaul dan diterima dengan baik dalam lingkungan barunya, sehingga semua budaya orang-orang yang tidak Islami sama sekali ditiru dan diikutinya?

Teringat aku ketika pernah tinggal di Eropa, sebagian orang-orang Islam bahkan rela untuk meminum- minuman keras, mabuk, meninggalkan shalat, free seks, memakan daging yang haram, hanya untuk bisa diterima di lingkungannya yang tidak Islami. Agar menunjukkan Islam yang toleran? Ahhhhh…… hanya Allah yang Maha Tahu. Semoga dalam perjalanan hidup ini masih bisa terus terbaca dan terucapkan oleh lidah ..”Ya Allah, Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang Engkau murkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” (QS Al Fatihah: 6-7).

——————————————–
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Al Maidah 8)
“Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu” (HR Tirmidzi)

“Tunjukilah kami jalan yang lurus ya Allah, sehingga ketika ajal telah memanggil, kami bisa berakhir dengan khusnul khatimah”
———————————————

11 Mei 2009