Tetap Semangat Tanpa Maksiat

Semarak! Begitulah yang nampak setiap kali datang bulan Agustus, bulan kemerdekaan kita semua, bangsa Indonesia. Warna merah putih begitu dominan menghiasi jalan-jalan dan juga gang-gang pemukiman. Bendera besar kecil, berbahan kain maupun plastik sudah mulai dipasang sejak awal bulan Agustus ini. Bahkan umbul-umbul, aneka hiasan dari kain perca warna-warni ataupun air dalam plastic-plastik kecil yang diberi warna-warna menarik menyerupai es lilin sudah terlihat menghiasi gang-gang di lingkungan tempat tinggalku. Keadaan malam haripun terlihat lebih indah dengan lampu-lampu hias yang menyala kelap kelip.

Tapi, dibalik semaraknya warna warni bendera, umbul-umbul dan lampu-lampu hias, ada satu kekhawatiran dalam hatiku mendekati puncak perayaan Agustusan. Aku mengkhawatirkan perjudian terselubung yang mengatasnamakan perayaan Agustusan kembali terulang tahun ini.

Setiap tahun, usai perlombaan anak-anak, pihak panitia selalu mengadakan acara bagi bapak-bapak bahkan ibu-ibu untuk ikut meramaikan perayaan Agustusan. Bentuk acaranya adalah lomba memasukan bola plastik ke dalam gawang. Seakan tak mau ketinggalan dengan anak-anak, tak sedikit bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengikuti acara ini, tapi tentunya tidak termasuk aku ataupun istriku. Kenapa? Apa karena tidak ada hadiahnya? Justru, karena hadiahnyalah yang membuat kami tak mau mengikuti acara ini. Sebenarnya kami sudah meminta panitia untuk tidak mengadakan acara semacam ini, namun sayang sejauh ini panitia lebih memilih tanpa menyertakan kami ketimbang menghilangkan ‘tradisi’ yang kata mereka seru dan menghibur.

Ada apa dengan hadiahnya? Tak lain karena hadiah yang diperebutkan didapat dari iuran para peserta yang mengikuti lomba ini. Sebelum perlombaan dimulai, panitia akan mendata para peserta sekaligus mengumpulkan uang ‘pendaftaran’ yang nantinya akan dibagi untuk juara 1, 2 dan 3.

Bukan sekali aku mengingatkan, dan bukan hanya kepada satu-dua orang, tapi acara ini tetap saja ada dan pesertanya cenderung bertambah. Astaghfirulloh!. Aku sudah mengingatkan bahwa acara seperti ini tak ada bedanya dengan perjudian. Namun sayang, sekian kali aku mengingatkan, sekian kali pula mereka selalu menyanggah bahwa ini hanya hiburan, seru-seruan sebagai pelengkap kemeriahan acara Agustusan. Kalau sudah begini, jika acara perlombaan anak-anak selesai, kami lebih ( aku, istri dan anakku ) memilih pulang ketimbang harus melihat orang berjudi apalagi terlibat di dalamnya.

Bermain bola, adu pinalti, atau permainan apapun bisa jadi bukan hal yang diharamkan oleh agama, karena itu termasuk olah raga. Dan memang bukan itu yang aku permasalahkan, tapi hadiah yang diperebutkan. Hadiah itu didapat dari hasil iuran para peserta. Kalau bukan judi apalagi namanya? Lain ceritanya apabila untuk menarik minat peserta, hadiah tetap disediakan, tetapi bukan dari hasil iuran para anggota, melainkan disediakan oleh pihak lain diluar peserta, donator atau sponsor misalnya. Selama yang dijadikan hadiah adalah hasil dari patungan para peserta, apa bedanya dengan taruhan, togel dan sejenisnya. Bedanya hanya di pasang nomor, kocok dadu atau nendang bola.

Minuman keras, tetap saja haram entah itu diminum dengan cara ditenggak dari botolnya, diminum dengan gelas, cangkir, sendok atapun sedotan. Juga dengan alasan untuk hiburan atau sekedar menghormati teman, tetap saja meminumnya adalah dosa, karena memang bukan haram dari cara dan alasan serta tujuan meminumnya, tapi mutlak haram dari barangnya. Begitupun judi, mau dengan cara olah raga, kesenian atau apapun bentuknya, taruhan tetap saja judi, dan judi tetap saja haram apapun alasan dan caranya.

Jadi, mari kita perhatikan, apakah kegiatan-kegiatan perayaan kemerdekaan ( juga kegiatan lainnya ) di sekitar kita benar-benar bersih dari segala bentuk perjudian? Cegahlah semampu kita. Lindungi keluarga kita, jangan sampai perayaan Agustusan yang semestinya dengan diisi dengan kegiatan yang lebih menunjukan rasa syukur kita akan kemerdekaan yang sudah dipersembahkan para pejuang, justru diisi dengan hal-hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan wujud syukur kita pada Allah SWT, sang pemberi kemerdekaan yang sesungguhnya. Kita bisa kok mengisi perayaan Agustus dengan tetap semangat tanpa harus maksiat.