Satu Langkah Menuju Kekafiran

ulama1Pada zaman Bani Israil, ada tiga orang pemuda yang dipanggil untuk berjihad. Ketiga pemuda ini mempunyai seorang adik perempuan yang mana tidak ada yang mengurusnya kecuali oleh ketiga pemuda tersebut. Mereka tidak mengetahui kepada siapa mereka harus menitipkan adik perempuannya sementara mereka pergi berjihad, dan mereka tidak mau meninggalkannya seorang diri. Kemudian mereka mendapat ide untuk menitipkanya kepada seorang ahli ibadah yang bernama Barsisa karena orang tersebutlah yang paling bisa dipercaya. Barsisa adalah seorang ahli ibadah yang mengabdi kehidupannya untuk menyembah Allah.

Kemudian ketiga orang tersebut datang kepada Barsisa dan mengatakan maksud mereka untuk menitipkan adik perempuan mereka kepada Barsisa. Batsisa berkata “A’udzubillah (aku berlindung kepada Allah), Aku tidak bersedia.” Ia mengatakan demikian karena ia takut akan godaan syetan karena ia belum menikah dan tidak mau nantinya menjadi cobaan untuk dirinya.

Lalu syetanpun datang kepada Barsisa dan membisikan, “Bila engkau tidak menerimanya, maka wanita tersebut kemungkinan akan dititpkan kepada orang yang tidak bertanggung-jawab, dan itu akan menjadi kesalahnmu.” Karena kebaikan hatinya dan keinginan untuk membantu orang lain, Barsisa-pun akhirnya setuju untuk mengurusi adik perempuan mereka. Lalu Barsisa-pun berkata kepada ketiga orang bersaudara tersebut untuk menempatkanlah adik mereka di rumah kosong di seberang rumah ibadah yang mana Barsisa tinggal. Ia melakukan hal ini agar mudah baginya untuk meninggalkan makanan di depan pintu rumah ibadahnya sehingga wanita tersebut bisa dengan mudah keluar dan mengambil makanannya sendiri. Ketiga pemuda tersebutpun akhirnya pergi untuk berjihad.

Setelah beberapa lama, syetan datang kembali kepada Barsisa dan membisikan, “Mengapa engkau tidak menempatkan makanan tersebut lebih dekat? Orang lain akan bisa melihat wanita tersebut saat ia berjalan keluar rumah sendirian, dan hal buruk bisa saja terjadi.” Barsisa setuju dan mulai menempatkan makanan di depan pintu rumah wanita tersebut, dan tidak lagi menempatkan di depan pintu rumah ibadahnya.

Setelah beberapa lama, syetanpun datang kembali kepada Barsisa dan berbisik, “Mengapa engkau tidak membawa masuk makanannya dan menempatkannya di atas meja makan, sehingga orang lain tidak melihat wanita tersebut sendirian setiap saat ia membuka pintunya.” Kemudian Barsisa-pun setuju dan meninggalkan makananya di meja makan.

Setelah beberapa lama syetanpun datang kembali dan berbisik kepada Barsisa, “Mengapa engkau tidak tidak berbicara padanya, ia sendirian dan tidak ada orang yang bisa diajak berbicara.” Barsisa-pun setuju dan mulai berbicara dengannya dari balik pintu. Tetapi hal in membuat mereka harus setengah teriak satu sama lainnya untuk bisa mendengar percakapan mereka. Syetanpun berbisik kepada Barsisa agar ia masuk saja dan berbicara dengannya tanpa melihat wajahnya, sehingga tidak perlu berteriak. Barsisa setuju dan melakukan hal tersebut. Perlahan mereka menjadi dekat dan lebih dekat, sampai akhirnya mereka melakukan perbuatan zinah dan wanita tersebutpun hamil.

Ketika bayinya lahir, syetanpun datang kembali dan berbisik kepada Barsisa, “Apakah yang telah engkau lakukan? Lihatlah hasil dari perbuatanmu tersebut! Bunuhlah bayi tersebut, karena jika tidak, saat ketiga bersaudara tersebut pulang maka mereka akan membunuhmu!” Barsisa-pun membunuh bayi tersebut dan menguburkannya di dalam kamar wanita itu. Lalu syetanpun berbisik, “Apakah engkau berharap bahwa engkau membunuh bayi dari seseorang wanita, dan berfikir wanita tersebut tidak akan memberitahu siapa-siapa?” Lalu Barsisapun membunuh wanita tersebut dan menguburkannya di dekat bayinya. Lalu iapun membuat kuburan palsu di luar rumah tersebut. Ketika ketiga bersaudara itu pulang, Barsisa mengatakan kepada mereka bahwa adik mereka wafat karena sakit. Setelah melihat kuburannya dan berdoa, merekapun pulang dan menerima takdir dari Allah (S.W.T.) bahwa adiknya telah wafat.

Malamnya, syetan datang kepada tiga bersaudara tersebut di dalam mimpi mereka, dan menceritakan kepada mereka apa yang telah Barsisa lakukan, serta menunjukkan di mana bayi dan adik mereka bisa ditemukan. Salah seorang dari mereka bangun dalam keadaan marah dan bingung, dan menceritakan kepada saudara yang lain tentang mimpinya. Ternyata mereka mendapatkan mimpi yang sama, sehingga mereka yakin bahwa mimpi mereka adalah benar. Ketika mereka menggali kuburan palsu yang dibuat Barsisa, mereka menemukan kuburan tersebut kosong. Kemudian mereka menggali tempat di mana syetan telah menunjukkan mereka dalam mimpi. Merekapun menemukan mayat dari bayi dan adik perempuan mereka di tempat tersebut.

Dengan sangat marah, ketiga bersaudara tersebut membawa Barsisa kepada raja untuk dihukum. Barsisa mengetahui bahwa ia akan dihukum mati. Syetanpun datang kembali kepada Barsisa. Kali ini ia menampakan dirinya dan mengatakan kepada Barsisa bahwa ialah yang menyebabkan semua ini, dan mengatakan kepadanya bahwa ia bisa menyelamatkan Barsisa tetapi dengan syarat Barsisa sujud kepadanya. Karena Barsisa dalam keadaan terpojok, maka ia-pun sujud kepada syetan dan hal ini membuktikan kekafirannya kepada Allah. Dan syetanpun berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam.”

Syetanpun meninggalkan Barsisa yang dihukum mati dalam keadaan bersujud kepadanya dan wafat dalam kekafiran.

Kisah ini adalah merupakan tafsir dari ayat: (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-Hasyr 59:16)

Banyak hal yang dapat kita ambil dalam kisah ini. Satu hal yang sangat jelas adalah jika syetan datang begitu saja kepada Barsisa dan mengatakan, “Sujudlah engkau kepadaku!”, tentunya Barsisa yang seorang ahli ibadah akan menolaknya. Tetapi godaan syetan adalah selalu dilakukan sedikit demi sedikit hingga akhirnya seseorang jauh dari agama Islam dan terpojok, dan bisa diajak ke neraka oleh syetan.

Pelajaran lainnya adalah: seandainya Barsisa bertaubat setelah melakukan dosa zinah dan mendapatkan anak haram, tentunya beliau akan wafat dalam keadaan “khusnul khatimah” walaupun beliau harus dihukum mati. Tetapi yang dilakukannya adalah melakukan dosa lainnya setelah melakukan dosa yang telah ada. Perbedaan antara Nabi Adam (a.s.) dengan Iblis adalah terletak pada apa yang mereka lakukan setelah mereka melakukan dosa. Iblis tidak patuh kepada Allah (S.W.T.) untuk bersujud. Nabi Adam (a.s.) tidak patuh untuk tidak mendekati pohon (khuldi). Tetapi Nabi Adam (a.s.) bertaubat setelah dosanya, sedangkan iblis bukannya bertaubat tetapi malah menawar kepada Allah (S.W.T.) untuk bisa melakukan dosa-dosa lainnya untuk menyesatkan manusia dan membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak patut untuk dihormati.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. An-Nur, 24:21)

Wallahu-a’lam.

Reference:
“Kisah-kisah dalam Al-Qur’an” karangan Ibnu Katsir
http://islambasics.com/view.php?bkID=80&chapter=21