“Membeli” Anak

“Kapan nich, punya momongan?”

“Lho, berapa tahun menikah, koq belum hamil?”

Pertanyaan di atas sering terlontar kepada seorang muslim yang tinggal di Karawang, dan telah menikah selama 13 tahun. Usia pernikahan yang cukup lama, untuk dilalui hanya berduaan saja dengan sang istri. Tetapi apa hendak dikata, kondisi medis sang suami tidak menggembirakan, hanya 3% bibit sperma yang hidup. Tekanan lebih berat dirasakan oleh sang istri, yang merasa belum bisa membahagiakan suami dengan memberikan keturunan.

Belum lagi celetukan masyarakat yang mempertanyakan kesuburannya sebagai seorang wanita. Benar-benar himpitan dan tekanan luar biasa. Pergi ke dokter kandungan dan ginekolog telah dilakukan berkali-kali. Berbagai therapy telah dilakukan, program bayi tabung, termasuk pergi ke beberapa pengobatan alternative. Tetapi waktu demi waktu berlalu, dan hasilnya tetap nihil.

Cobalah kalian pergi ke seorang ulama hikmah, siapa tahu berhasil, cetus seorang kerabatnya. Pikir suami-istri tersebut, ya, apa salahnya dicoba, akhirnya mereka berdua disarankan pergi ke seorang alim di Kota Bekasi.

********
“Ente pernah ke dukun?” Tanya sang alim. “Ya pernah, ke pengobatan alternatif” Jawab sang suami.

“Kalau ente pernah ke dukun, sholat tobat dulu kepada Allah, baru balik lagi kesini.” Suruh sang alim. Mereka pun sholat tobat dan kembali ke rumah sang alim. Sang suami menceritakan kondisi mereka yang belum memiliki momongan selama 13 tahun, bahkan dokter juga memvonis tingkat kesuburan sperma suami hanya 3%.

“Ente salah percaya sama dokter, yang hanya manusia. Harusnya ente minta kepada Allah, karena Allah sang pemilik penyakit dan pemilik obat segala penyakit. Allah pula yang menciptakan mahluk hidup. Dokter hanya menerka-nerka kondisi ente dan istri ente. Kesuburan 3% tidak akan menghalangi kehamilan kalau Allah menghendaki. Ini lah inti tauhid, bahwa Allah pemilik keajaiban, kesuksesan, kesembuhan, ketenangan,dan segala hal lainnya” kata sang alim.

“Ya ustadz, kami mengerti, terus bagaimana solusinya” kata sang suami.

“Ente mau membeli anak nggak?” Tanya sang alim. “Memang bisa beli anak ya ustadz?” kata istri.

“Bisa membeli anak, kata siapa enggak bisa. Ente bayar berapa untuk bayi tabung?” kata sang alim. “Kami bayar 40 juta rupiah untuk satu kali program bayi,” jawab sang suami. “Kalau ente ridho, keluarkan separoh biaya bayi tabung atau 20 juta rupiah untuk sedekah ke dhuafa sama anak yatim. Jangan lupa jaga sholat jamaah di masjid dan berdoa kepada Allah, insya Allah istri ente akan hamil,” kata sang alim.

Akhirnya suami-istri tersebut mengeluarkan sedekah sebesar 20 juta rupiah. Subhanallah, dalam waktu 1 bulan, jumlah sperma hidup naik menjadi 25%, pada bulan kedua menjadi 60%. Setelah bulan ketiga, sang istri positif hamil 3 minggu. Allahu Akbar, sembilan bulan kemudian bayi mereka pun lahir dengan selamat.

********
“Alhamdulillah, terima kasih ya ustadz, anak kami telah lahir dengan selamat” kata sang suami. “Oh jangan terima kasih ke ane, ucapkan syukur kepada Allah. Ente berdua yang telah bertobat, bertauhid dan bersedekah, sehingga Allah mengabulkan do’a ente berdua” kata sang alim.

*******
At Taghaabun (ayat 17) : Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyayang.

*******

Pembaca, kisah di atas benar-benar terjadi di Kota Bekasi. Ada 2 kisah lagi yang mirip, dimana suami-istri menikah bertahun-tahun, kemudian diminta sholat taubat dan sedekah, akhirnya mereka diberikan anugerah momongan oleh Allah.
Intinya, jangan pernah mempercayai kata dokter.

Karena Allah lah pemilik segala kesembuhan dan pemberi kehidupan, dokter hanya manusia biasa yang mencoba diagnosis dan memberikan pengobatan berdasarkan diagnosis tersebut. Dengan bersedekah, Anda dapat membeli kesembuhan penyakit kesuburan untuk memperoleh anak. Sesungguhnya dunia itu mudah, hanya sifat bakhil yang menghalangi Anda untuk mendapatkan dunia sekaligus pahala di akhirat kelak.

(bekasi-01072009)

[email protected] (inspirasi dari pengalaman ustadz di Bekasi)