Kisahku Khatam Al-Qur’an

Usia saya menjelang kepala 4. Jika merujuk ke pengalaman junjungan kita Nabi Muhammad SAW, maka kemungkinan “tinggal” 20 tahunan lagi saya beredar di dunia ini. Namun, dengan usia sematang itu, untuk menghitung berapa kali saya khatam Al-Qur’an seumur hidup saya ini, rasanya lima jari saya tidak habis. Duh…malunya. Semoga Allah SWT mengampuni saya dan memberi saya kesempatan memperbaiki diri…..

Semuanya berawal dengan “idealisme” saya, atau tepatnya…kesombongan saya bahwa saya ingin katham Qur’an sekaligus dengan terjemahannya. Keinginan yang menurut saya wajar karena saya tidak bisa berbahasa Arab. Berbagai saran langsung maupun via e-mail yang saya terima tentang bagaimana caranya khatam Al-Qur’an dalam satu tahun saya abaikan, karena umumnya hanya mengutamakan selesai membaca Qur’an tapi memahami artinya menjadi tujuan kedua.

Saya kemudian menciptakan strategi sendiri. Saya mulai dengan membiasakan membawa Al-Qur’an mini ke manapun saya pergi. Saya letakkan Al-Qur’an tersebut di handbag saya, dengan asumsi jika ia dekat dengan saya maka kapanpun saya mau (atau tepatnya … in the mood) saya bisa membacanya segera. Namun nyatanya strategi ini tidak dapat memuaskan keinginan saya untuk membaca dan memahami artinya sekaligus, karena dalam Al-Qur’an berukuran mini ini tentunya tidak memungkinkan memuat juga terjemahannya. Belum lagi karena ukurannya mini, maka otomatis aksara Arab yang tertulis juga berukuran mini. Akibatnya mata cepat lelah, ditambah alasan tidak masuk akal lainnya seperti sibuk, malas, dll, dst, maka membaca satu ‘ain saja sudah dapat saya anggap “achievement”.

Strategi lain adalah membuat acara rutin tadarus dengan suami saya saat kami tiba di rumah, menjelang tidur malam. Saat itu, sekaligus dalam rangka melatih kemampuan berbahasa Inggris, kami merujuk pada Al-Qur’an dengan terjemahan bahasa asing tersebut. Pikir saya, sambil menyelam minum air nih….Kami berdua bergantian membaca Al-Qur’an masing-masing sepanjang satu ‘ain lalu bergantian membaca terjemahan bahasa Inggrisnya….Strategi ini ternyata lebih parah, karena tidak membuat saya bertahan dengan keinginan khatam Al-Qur’an. Akhirnya kami berjalan dengan strategi masing-masing. Suami saya lanjut dengan caranya sendiri membaca Al-Qur’an selepas sholat tahajud yang dilakukannya menjelang adzan subuh. Ini juga kebiasaan yang seringkali membuat saya iri, karena di saat ia sholat dan mengaji, saya biasanya masih terlelap di peraduan. “Gak enak mau bangunin, kayaknya tidurnya pules banget, capek ya…” begitu biasanya jawaban suami saya, jika suatu waktu saya minta dibangunkan untuk bisa sholat tahajud berjamaah dengannya.

Pencarian strategi jitu ini akhirnya berakhir saat saya terima e-mail berbahasa Inggris dari seorang teman kantor yang isinya sbb:

Why do we read Quran, even we can’t understand Arabic?

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa was up early sitting at the kitchen table reading his Qur’an. His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in everyway he could. One day the grandson asked, "Grandpa, I try to read the Qur’an just like you but I don’t understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur’an do?"
The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, "Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water." The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house. The grandfather laughed and said, "You’ll have to move a little faster next time," and sent him back to the river with the basket to try again. This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home. Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead. The old man said, "I don’t want a bucket of water; I want a basket of water. You’re just not trying hard enough," and he went out the door to watch the boy try again. At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show this grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would leak out before he got back to the house. The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty. Out of breath, he said, "See Grandpa, it’s useless!"
"So you think it is useless?" The old man said, "Look at the basket." The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different. It had been transformed from a dirty old coal-basket and was now clean, inside and out. "Son, that’s what happens when you read the Qur’an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah (SWT) in our lives."

Jadi intinya, memahami isi Al-Qur’an memang memberi nilai plus bagi kita, namun membaca Al-Qur’an “saja” dapat membersihkan diri kita luar dan dalam seperti bersihnya keranjang arang yang diceritakan pada kisah di atas.

Akhirnya, saya berkesimpulan bahwa yang utama adalah niat yang kuat untuk membakar motivasi kita menuju khatam Al-Qur’an. Berbekal bahan bakar ini, saya menyiapkan 2 buah Al-Qur’an, satu saya letakkan di meja kamar dekat tempat tidur di rumah dan yang satu lagi saya letakkan di lemari kantor dekat komputer saya. Modal lain adalah ingatan karena saya selalu paksa diri saya mengingat surah ke berapa yang sudah saya baca di rumah, saat saya akan baca Al-Qur’an di kantor. Dan jangan lupa, pasang target: kapan saya harus khatam? Walaupun target waktu yang saya tetapkan sudah terlewati, namun dengan target kita tahu kita ingin mencapai apa.

Hari ini tanggal 3 September 2009 tepat 13 Ramadhan 1430 H selepas sholat subuh, saya berhasil menyelesaikan bacaan Al-Qur’an saya hingga surat Al-Ikhlas, surat terakhir. Saya khatam Al-Qur’an!!! Suami saya tak lupa memberi selamat dan doa. Sungguh, rasanya lebih hebat daripada saat saya ujian promosi S3 awal tahun 2008 lalu.

“Ya Allah, Ya Tuhanku! Rahmatilah aku dengan Al-Quran dan jadikanlah Al-Quran bagiku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, Ya Tuhanku! Ingatkanlah aku apa yang aku terlupa daripada ayat-ayat Al-Quran. Ajarkanlah aku daripada Al-Quran apa yang belum aku ketahui. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan siang; dan jadikanlah Al-Quran itu hujah bagiku (untuk menyelamatkan daku di akhirat), wahai Tuhan Sekalian Alam.”
Amin.