Urgensi Kenabian Muhammad Saw. Bagi Kemanusiaan (1)

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada sebaik-baik makhluk-Nya, dan penutup para nabi-Nya, Sayyidina Muhammad Saw. amma ba’du…

Bulan Rabiul Awal kembali menyapa, mengingatkan kita pada maulid pembawa cahaya dan hidayah; Sayyidina Muhammad Saw. yang lahir di kala dunia penuh dengan kerusakan.

Ketika Rasulullah Saw. hadir, manusia terbagi dua golongan. Golongan pertama adalah kaum yang menzalimi. Mereka keji, menindas, dan menikmati dunia dengan keangkuhan dan kerusakan. Yang kedua adalah golongan yang dizalimi. Mereka dianiaya dan terus ditindas. Golongan zalim semakin zalim, sedangkan yang dizalimi hanya pasrah, karena tak bisa berbuat apa-apa. Sehingga tersebar moto kepasrahan di antara mereka, "Kami hanyalah budak bagi siapa yang memiliki kami."

Saat Rasul lahir, di tingkat internasional, ada dua imperium yang menjadi adikuasa dunia; Romawi dan Persia. Keduanya saling merebut wilayah jajahan, menghegemoni dunia, memeras kekayaan alam negara lain, menjadikan penduduk wilayah lain sebagai tentara yang membantu perang berdarah antara kedua imperium itu. Sedangkan bangsa lain mereka pandang secara rasis.

Di tingkat bangsa Arab, orang yang zalim merasa bangga, karena mereka mampu berbuat zalim dan tidak dizalimi, atau mampu merusak tanpa ada yang mampu menghukumi. Adapun orang yang dizalimi, mereka hanya pasrah dimiliki dan tidak berhak memiliki.

Namun demikian, ada juga orang Arab yang baik hati, seperti Muth‘am bin Adi yang membantu Nabi Saw. Perjanjian Hilful Fudhul (janji setia suku Quraiys untuk menolong orang-orang yang dizalimi) juga menunjukkan semangat berbuat baik di antara mereka.

Demikianlah sekilas realita kehidupan sebelum lahirnya Nabi Muhammad Saw. Ketika Allah Swt. berkehendak menghapus kezaliman ini, Dia mengutus nabi-Nya Muhammad Saw. dengan risalah yang paling agung dan penutup risalah para nabi dan rasul sebelumnya.

Ketika Rasulullah tampil di tengah-tengah kehidupan manusia, beliau langsung memulai proyek perbaikan baru, untuk memperbaiki kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Untuk itu Rasulullah Saw. selalu berdoa, "Ya Allah perbaikilah agamaku yang merupakan inti urusanku, perbaikilah duniaku yang merupakan tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku."

Risalah Persamaan dan Kemanusiaan

Proyek perbaikan dunia akhirat tersebut terhimpun dalam risalah yang di bawa Rasulullah Saw. Di antaranya risalah persamaan setiap manusia. Allah berfirman, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian dapat saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).

Dakwah Rasul ini berdiri di atas asas yang jelas. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan bapak kalian juga satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang non Arab, tidak juga orang non Arab atas orang Arab, tidak juga orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, tidak juga orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan." (HR. Ahmad dengan sanad shahih).

Risalah Persatuan Umat Manusia

Dakwah Rasulullah merupakan dakwah yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. Sehingga, ketika seseorang beriman kepada Nabi Muhammad, berarti ia juga beriman kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan semua nabi lainnya. Allah berfirman, "Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama (agama tauhid yaitu: iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, nabi dan rasul-Nya, hari kiamat dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya) dan janganlah kalian berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang musyrik agama yang kalian serukan kepada mereka." (QS. Asy-Syura: 13).

Risalah Kebebasan, Persatuan, dan Menanggalkan Sukuisme

Dakwah Rasulullah Saw. memerangi segala bentuk kediktatoran politik, pemikiran, dan sosial. Dakwah yang memerangi semua bentuk kezaliman yang ada dalam masyarakat.

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. telah menghilangkan pada diri kalian kesombongan jahiliyah dan kebanggaan terhadap nenek moyang… setiap kalian berasal dari Adam, dan Adam itu berasal dari tanah. Maka hendaklah setiap kalian meninggalkan kebanggaan terhadap kaumnya, karena sikap itu adalah salah satu bara neraka jahannam, atau ia akan menjadi lebih hina di sisi Allah dari pada jenis kumbang yang mendorong kotoran dengan hidungnya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad shahih).

Jadi tidak ada beda antara kulit putih dan kulit hitam, Arab atau non Arab, Quraiys atau Habsyi. Dakwah seperti inilah yang diterima oleh akal sehat dan fitrah yang lurus. Karena manusia adalah manusia. Ia mempunyai kebebasan dan berhak atas segala kemuliaan.

Bahkan sistem perbudakan telah menjadi salah satu hukum yang lumrah di dunia kala Rasul lahir. Maka risalah Islam hadir menentangnya. Salah satunya dengan sistem mukâtabah, yaitu memerdekakan budak dengan cara menebusnya. Dalam Al-Quran Allah menyeru, "Maka hendaklah kalian mengadakan mukâtabah (seorang hamba yang meminta dimerdekakan oleh tuannya dengan cara menebus dirinya) dengan mereka jika engkau mengetahui bahwa di sana ada kebaikan..", bahkan Islam memerintahkan untuk menolong mereka, "Dan berikanlah sebagian harta Allah yang telah Dia anugearhkan kepadamu.." (QS. An-Nur: 33).

Risalah Keadilan yang Mutlak

Dakwah Rasulullah Saw. adalah seruan terhadap keadilan mutlak. Keadilan yang diterapkan kepada siapa saja, walau berbeda agama dan kepercayaan. Allah Swt. berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿٨﴾

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalaha kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Maidah: 8).

Bahkan di hadapan kezaliman kaum Quraisy yang mencegah mereka melakukan umrah dan thawaf di Masjidil Haram, Allah juga melarang Rasul dan sahabat membalas kezaliman mereka dengan kezaliman pula. Allah berfirman,

وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُواْ

"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum—karena mereka menghalangi-halangimu dari Masjidil Haram—mendorongmu berbuat aniaya terhadap mereka.." (QS. Al-Maidah: 2)

Risalah Kesabaran, Bahkan Terhadap Orang yang Menyakiti

Dakwah Rasul mengharuskan untuk tetap bersabar menghadapi upaya Ahli Kitab—yang hidup di antara kaum muslimin—menyakiti beliau, selama upaya ahlul kitab itu hanya menyesakkan jiwa dan kata-kata yang menyakitkan, yang tidak kelewat batas, atau menjadikan musuh semena-mena terhadap kaum muslimin. Allah berfirman,

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُواْ أَذًى كَثِيرًا وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ ﴿١٨٦﴾

"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan sungguh kamu juga akan mendengar dari orang-orang Ahli Kitab sebelum kamu, dan orang-orang musyrik, gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS. Ali Imran: 186).

Sebaliknya, Rasulullah Saw. memberi peringatan keras agar seorang muslim tidak sekali-kali menyakiti non-muslim yang berada dalam masyarakat muslim. Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa yang menzalimi atau menghina mu‘âhidan (non-muslim ahlu zimmah), atau membebankan sesuatu yang tidak mampu mereka lakukan, atau mengambil sesuatu dari mereka tanpa keridaan dari mereka, maka sayalah yang akan menjadi lawannya di hari Kiamat." (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).

Jadi, Rasulullah Saw. yang akan berdiri dan membela ahlu zimmah melawan muslim tersebut. (Bersambung)