Setiap hari kita selalu mendengar berita tentang ancaman Amerika atau Israel atau dari keduanya bersamaan untuk menggempur Iran dalam waktu dekat, Kecaman terhadap Iran ini mendapat dukungan dari masyarakat dunia.
Pertanyaannya adalah apakah Iran sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan masyarakat dunia atau Amerika dan Israel pada khususnya? Terkadang jawaban sebahagian orang adalah "iya" dengan alasan pengembangan proyek nuklir Iran yang semakin hari semakin gencar dilakukan, juga pernyataan para pemimpin Iran untuk menghancur leburkan Israel (ingin menghapus Israel dari peta dunia) atau yel-yel yang sering di kumandangkan para petinggi Iran di beberapa kesempatan: "binasalah Amerika dan Israel !"
Tapi pada kenyataannya bahwa tidak ada sama sekali tindakan berbahaya dari Iran terhadap Amerika maupun Israel, dan Iran pun tidak berniat sama sekali untuk menyerang Israel dan Amerika.
Sebetulnya Amerika, Israel dan Negara-negara barat lainnya sadar akan hal ini, bahkan mereka juga sadar kalau mereka punya kesamaan kepentingan, sebagai bukti bahwa sesungguhnya Israel pernah menyuplai senjata-senjata canggih kepada Iran saat perang antara Iran dan Iraq, walaupun bukti ini sengaja disembunyikan kepada khalayak.
Namun peran Amerika sangat jelas dalam membantu Iran melalui para pengikutnya aliran Syiah di Iraq yang mana mereka selalu melaksanakan seluruh komando/perintah Amerika, namun yang sangat ironis dan kasat mata adalah bantuan ini dibiayai oleh bangsa arab yang Sunni.
Kalau betul-betul Amerika merasa terancam oleh Iran, maka sebenarnya Amerika beserta sekutunya tidak akan pernah bisa menaklukkan Iraq dan berhasil membunuh jutaan jiwa warga Arab Sunni di Iraq.
Sebaliknya Amerika dan Iran punya kesamaan kepentingan di Iraq, karena kalau tidak, tentunya Amerika akan lebih memilih Arab Sunni untuk mengatur masalah-masalah penting tentang kenegaraan, dan akan mendukung penuh tentara sunni sampai tidak ada lagi ruang kesempatan bagi Iran untuk masuk wilayah Iraq.
Setidaknya Amerika akan memberikan kesempatan lebih banyak terhadap warganegara Iraq yang sefaham dengan para pemimpin Negara teluk yang telah dianggap oleh Amerika sebagai "teman", atau dengan kata lain sebagai anugerah (hadiah) dalam pertemanan antara mereka.
Amerika adalah pewaris tunggal bangsa barat dalam hal kebenciannya terhadap Islam, Amerika juga mengetahui bahwa pemerintahan Syiah aliran keras di Iran pun memiliki kebencian yang sama terhadap Islam.
Nenek moyang warga Iran adalah berasal dari kaum "Shofawiyyah", yang membela umat Nasrani di Eropa pada saat perluasaan Dinasti Utsmaniyyah di Eropa. Mereka (Syiah di Iran) adalah merupakan benteng pertahanan pertama dari serangan-serangan yang diluncurkan oleh tentara Utsmaniyyah.
Pada saat yang sangat penting ini (perluasan Dinasti Utsmaniyyah di Eropa), mereka menyalakan api revolusi dengan mengambil alih kekuasaan di beberapa wilayah islam dari pemerintahan pusat. Sehingga para panglima Dinasti Utsmaniyyah terpaksa menarik mundur pasukannya dari Eropa guna mengatasi hal ini, padahal beberapa kota besar di Eropa telah akan berhasil di taklukkan.
Kiranya timbul satu pernyataan dari para pembaca: Jika demikian/Jika hubungan antara Amerika, Negara Barat, Israel dan Iran baik-baik saja, maka apa rahasia dibalik perang pernyataan dan ancaman yang dilontarkan oleh para pemimpin Negara Barat dan Amerika terhadap Iran yang selalu kita dengar siang dan malam ?
Jawabnya adalah sebetulnya Negara Barat, khususnya Amerika dengan persetujuan Iran, mereka ingin memeras kekayaan yang dimiliki oleh Negara-Negara Arab, karena dengan semakin diperlihatkannya kekuatan senjata Iran, akan menambah rasa ketakutan Negara-Negara Arab. Sehingga Negara-Negara Arab akan serta merta bergegas meminta perlindungan kemanan dari Amerika dengan membeli senjata-senjata canggih, kemudian disimpan sampai pada waktunya digunakan.
Dengan cara menjalin kerjasama pertahanan, hingga akhirnya Amerika bisa leluasa mengontrol kondisi kemanan di Negara-Negara Arab, bahkan bisa menyusup mengintervensi urusan dalam negeri mereka, leluasa menyusup sentra-sentra penting seperti pendidikan dan sosial budaya dengan cara menawarkan management/metodelogi Barat kepada Negara-Negara Arab sebagai syarat terlaksananya jalinan kesepakatan pertahanan stabilitas dan kemanan Negara dimaksud.
Adapun kepentingan Iran dari semua ini adalah untuk memperlihatkan kekuatan persenjataannya yang besar kepada wilayah sekitar. Pernyataan-pernyataan keras Amerika dan Negara-Negara Barat yang seolah mengintimidasi Iran hanya untuk membuat Negara-Negara Arab takut.
Semakin di intimidasi, Iran akan merasa diatas angin, menuntut terlalu banyak sampai-sampai Iran pernah mencoba untuk merubah metode keagamaan di beberapa Negara Teluk sesuai dengan fahamnya yang sesat. Walaupun jumlah Syiah (di Iraq) sedikit, namun mereka mampu mengkebiri dan mengembargo ulama sunni yang mayoritas. Mereka yakin bahwa Amerika akan selalu membela walaupun dengan dalih "melindungi kaum minoritas."
Agar dapat lebih mengetahui bahwa terlalu dibesarkan-besarkannya informasi tentang kekuatan Iran di beberapa media massa, saya mengajak pembaca yang budiman untuk membandingkan antara Negara Iran yang jumlah penduduknya sekitar 70 juta jiwa dan masih dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil dan hukum yg memprihatinkan, dengan Negara Negara sunni lainnya seperti Mesir atau Turki, kedua Negara ini berpenduduk sekitar 75 juta jiwa, stabil dalam masalah hukum, tatanan kepemimpinan, dan kekuatan tentaranya jauh lebih hebat dari Iran dari semua sisi.
Jika kita sudah tahu kenyataan sebenarnya dibalik ancaman-ancaman Amerika dan Israel terhadap Iran yang hanya bertujuan untuk menguras kekayaan Negara-Negara Arab, agar Amerika dapat berkuasa menentukan kebijakan terkait masalah keamanan, unjuk kekuatan Iran, dan agar ajaran syiah bisa masuk di Negara –Negara Arab, maka apa yang harus dilakukan untuk menghadapi semua ini?
Yang harus dilakukan adalah menantang/mengajak seluruh Negara Arab Sunni, minimal Negara Teluk untuk lebih cermat menggunakan kekayaannya. Pertama, lebih baik mengalihkan sebagian biaya pembelian senjata untuk membiayai para ahli teknologi dari beberapa Negara Islam, khususnya dari Negara-Negara Islam yang dulu pernah dibawah naungan Federasi Rusia. Mereka adalah para ahli yang sangat kompeten.
Bangun pabrik-pabrik senjata canggih, karena senjata yang demikian inilah (yang dirancang oleh para ahli muslim) senjata yang benar benar dapat memperkuat Islam, tidak seperti senjata-senjata yang selama ini di import dari Amerika. Sehebat dan secanggih apapun senjata buatan musuh, mereka pasti sudah perhitungkan dan membatasi kekuatannya. (Tinjau kemballi pernyataan Amerika terhadap Israel saat menjual senjatanya kepada Arab Saudi yang merupakan transaksi jual beli senjata terbesar sepanjang sejarah)
Kedua, mengalihkan sebagian uang yang lainnya untuk mendukung segala kegiatan guna mengembalikan kesadaran muslim sunni di seluruh dunia untuk bersatu, sebab inilah benteng keamanan yang paling utama dalam menjaga segala ancaman dan bahaya kaum syiah.
Sebagaian orang berkata: "sangat mustahil terjadi, khususnya jika terkait dengan menyadarkan/menyatukan Negara-Negara Arab Sunni."
Untuk menepis perkataan ini, kita harus tegas dan yakin bahwa tidak ada jalan keluar yang lain selain harus bersatu, jika tidak , kita akan dipecah belah seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Persia dan Romawi terhadap bangasa arab sebelum Nabi Muhammad di utus menjadi Arab Ghassasanah dan Munadzarah.
Akhirnya, walaupun Israel akan melaksanakan niatnya menghancurkan Iran, sesungguhnya yang akan dihancurkan leburkan pertama kali adalah wilayah Negara-Negara Arab. Pada waktunya Iran hanya akan berhadapan dengan kekuatan Amerika saja yang pada saat itu telah berlabuh di Negara-Negara Teluk.
Setelahnya Negara-Negara Arab akan menjadi rata dan menjadi tempat persemaian pihak yang menang, sama halnya seperti yang terjadi di Mesir dan sekitarnya ketika peperangan yang terjadi antara Persia dan Romawi sebelum nabi Muhammad SAW di utus, Mesir dan sekitarnya mengalami kehancuran sebanyak dua kali, pertama ketika Persia menang dan kedua ketika Romawi menang.
DR. Ahmad Abdul Majid Abdul Haq
(Dir. Pusat kajian sejarah dan peradaban Al Syarq, Cairo)