Israel bersiap untuk skenario terburuk menjelang deklarasi negara Palestina, kata pejabat Israel, termasuk kehilangan legitimasi bagi Yahudi untuk tinggal di wilayah Yerusalem.
Pejabat Yerusalem mengatakan kepada Ynet Rabu kemarin (15/6) bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ketakutan akan adanya intifada ketiga musim panas ini menjelang deklarasi kenegaraan Palestina yang direncanakan pada bulan September.
"Netanyahu khawatir ia tidak akan mampu menghentikan (apa yang akan terjadi) September mendatang," seorang pejabat tinggi mengatakan kepada Ynet. "Perdana menteri saat ini berupaya untuk meyakinkan negara-negara Eropa bahwa jika kerusuhan akan dimulai setelah deklarasi kenegaraan Palestina."
Departemen pertahanan telah membuat keputusan dengan menyusun beberapa skenario yang mungkin terjadi pada musim panas mendatang. Para pejabat mengatakan bahwa bentrokan kekerasan mungkin terjadi antara pasukan keamanan dan warga Arab dan Palestina.
"Ada satu skenario di mana ribuan, atau mungkin puluhan ribu, memulai pawai yang menjadi kerusuhan dan konflik serius dengan pasukan IDF," kata pejabat itu.
"Yang ditakutkan adalah bahwa Israel-Arab juga akan bergabung dengan kerusuhan, menyebabkan ketidakstabilan internal dan eksternal saat ini sensitif."
Israel juga khawatir kemungkinan bahwa deklarasi Palestina akan menyebabkan 250.000 orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem yang didefinisikan sebagai di luar garis 1967 – seperti Gilo, Ramot, dan Har Homa – akan kehilangan legitimasi mereka untuk tinggal di sana.
"Ini masalah yang sangat serius, dan masih belum jelas bagaimana kita akan menanganinya," kata pejabat itu, menambahkan bahwa armada yang akan menuju Gaza juga masalah sensitif yang harus ditangani dengan benar.
Sementara itu Netanyahu merencanakan perjalanan ke Eropa Timur segera, untuk mengunjungi Polandia, Rumania, dan Hungaria dalam upaya untuk meyakinkan para pemimpin untuk menentang deklarasi negara Palestina. (fq/ynet)