Tanggul Situ Gintung Sudah Tua, Pemerintah Buat Disain Baru

Situ Gintung dikenal dengan nama Pulau Situ Gintung. Tempat wisata ini merupakan salah satu kawasan favorit warga Jakarta yang hendak melepaskan penat tanpa harus pergi jauh. Dengan luas lebih dari 5 hektar lahan yang ditumbuhi berbagai pohon dan tumbuhan yang telah berusia puluhan tahun menjadikan kesegaran udara dan keindahan alam kawasan ini tidak kalah dengan Puncak Bogor.Namun jebolnya tanggul memporakporandakan kawasan wisata ini.

Disamping itu, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 05.00 WIB tersebut menyisakan duka mendalam terhadap warga sekitar Cirendeu yang menjadi korban saat terlelap tidur. Meski masih simpang siur data masih berubah diperkirakan lebih dari lima puluh orang meninggal dalam musibah itu dan sebanyak 250 rumah hancur, diduga tidak kuat menanggung debit air akibat hujan yang deras sehari sebelumnya.

Sebagai langkah pencegahan darurat, pemerintah akan memasang pelindung tebing atau kasur batu di sekitar lokasi longsor Situ Gintung."Untuk menjaga agar daerah lainnya tidak terkena longsoran," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di Tanggerang, Jumat (27/3).

Adapun langkah lainnya, menurutnya, berupa konservasi lahan, dengan memperbaiki sekitar area situ. Namun, berapa besar dana untuk perbaikan tanggul yang jebol itu belum dihitung dan dana itu dialokasikan berasal dari dana darurat.

"Besok mereka rapat di kantor untuk membuat disain yang bagus. Langsung dikerjakan litbang.Guna menyusun disain, pemerintah memanggil dua teknisi dari Jepang. Mereka adalah Takaaki Kusakae dan Baba H," jelas Djoko.

Untuk menyelamatkan para korban musibah tersebut, polisi turun tangan dengan mengerahkan sekira 500 personel.

"Sebanyak 332 personel dari Polda Metro Jaya sudah diterjunkan ke lapangan, secara keseluruhan ada 500 personel yang diterjunkan," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Abubakar Nataprawira.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Walhi Slamet Daroyni mengatakan, ketidakberesan atau masalah pada tanggul itu sudah muncul sejak November 2008 lalu, dimana warga sekitar sudah mulai khawatir dengan kondisi sekitar situ.

Namun, menurutnya, kekhawatiran warga tersebut tidak mendapat respons yang signifikan dari pemerintah setempat. Slamet pun menilai, pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Tangerang telah lalai dan membiarkan keselamatan masyarakat terancam, sebab jika dilihat dari segi usia tanggul tersebut sudah tua dan sudah seharusnya direnovasi.

"Seharusnya pemerintah memastikan masyarakat terselamatkan dari ancaman. Ada kelalaian oleh pemerintah setempat terkait dengan kondisi tanggul yang sebetulnya sudah tidak layak. Itu kan sudah sejak zaman Belanda, sudah seharusnya ditinjau ulang apakah memang masih layak," katanya.

Apabila pemerintah daerah memang belum bisa merenovasi tanggul, lanjut Daroyni, setidaknya bisa memberlakukan early warning system. "Bisa saja kan waktu musim curah hujan tinggi, pemerintah menginstruksikan warga untuk mengungsi sementara. Tapi itu tidak terjadi," tandasnya. (novel/vi/ok/dtc)