Semaraknya berita mengenai kasus mahasiswa yang terlibat dan menjadi korban gerakan sesat NII KW 9, akhir-akhir ini memang layak diperhatikan. Di satu sisi, gerakan ini memang ada di tengah-tengah kehidupan kampus. Namun nyatanya gerakan ini hanyalah kelompok kecil saja dengan pengikutnya yang sedikit. Hal ini terungkap pada talkshow membahas kasus NII di Kampus oleh sebuah di stasiun telivisi, Rabu (27/4) pagi.
“Kasus NII KW 9 ini pun sebenarnya kasus lama. Dari kakak kelas saya dulu di LDK juga sering bercerita menangani kasus seperti ini. Dan gampang saja menyelesaikannya,” papar Ihsanul Muttaqien, perwakilan dari Badan Koordinasi Lembaga Dakwah kampus (BKDLK) yang merupakan salah satu narasumber acara tersebut.
Sayangnya, pemerintah membiarkan kasus ini terjadi. “Kalau pemerintah serius menanganinya, kenapa tidak dari dulu? Kalau memang dari dulu serius menangani, kenapa ini terjadi lagi sekarang?” lanjutnya. Tetapi, sekarang ramai-ramai memblowup kasus NII, dan bahkan pemerintah memberlakukan siaga satu, di seluruh wilayah Indonesia. Dramatisasi ini hanyalah semata pengalihan isu, yang sejatinya tidak diperlukan.
Tidak dapat dipungkiri, pemberitaan media yang mem-blow-up kasus ini menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi kalangan mahasiswa dan orangtua mahasiswa. Orangtua diminta waspada, jika nampak hal-hal mencurigakan pada anaknya, seperti nilai akademik merosot tajam dan memiliki aktivitas yang tidak jelas. “Segera selidiki, jangan-jangan dia ikut gerakan sempalan ini,” ujar mantan aktivis NII KW 9, Al Chaidar.
Namun perlu diperhatikan bahwa gerakan NII KW 9 ini tidaklah sama dengan gerakan dakwah kampus yang kini kian marak di kalangan mahasiswa. Ihsanul menyampaikan, “Kita jangan sampai terjebak stigma kalau ikut kegiatan Islam di kampus itu sama seperti NII KW 9, padahal bukan.”
Justru kalangan non-muslim (Nashara) dengan getol melalui corong media mereka, terus mengeksploitir kasus NII dan bom bunuh diri "jadi-jadian" ini untuk menghantam umat Islam, dan aktivis Islam yang ingin melakukan dakwah. Kalau umat Islam "tidur" yang senang kaum Salibis, dan dapat leluasa melakukan pemurtadan.
Seperti diketahui bersama, NII KW 9 mengajarkan ajaran sesat pada anggotanya yang jelas menyimpang dari syariat Islam, seperti tidak mewajibkan sholat 5 waktu, membolehkan mabuk-mabukan, berbohong dan bahkan mencuri untuk mengejar target infak pada kelompoknya.
“Gelombang kesadaran mahasiswa pada Islam saat ini sebenarnya sedang meningkat. Kami pernah mengadakan acara di Senayan menghadirkan 5000 mahasiswa yang bersemangat memperjuangkan Islam.
Di beberapa kampus, BKLDK juga mengadakan training-training keislaman yang diikuti ratusan mahasiswa. Jangan sampai ini semangat ini terhenti gara-gara isu NII KW 9 yang sebenarnya tak seberapa besar itu,” pungkas Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. (bldk)