Mengupas Syiah di Masjid Al-Azhar

Dengan kedok Islam adalah satu, sesama Muslim adalah bersaudara dan dengan slogan yang sangat terkenal Laa Syarqiyah Wa Laa Ghorbiyyah, Islamiyah…Islamiyah (Tidak timur dan tidak barat, islamiyah..islamiyah), Khomeini ‘menipu’ para tokoh-tokoh Islam dan negara-negara Islam bahwa revolusi mereka harus di dukung karena revolusi mereka  revolusi Islam. Namun fakta yang ada revolusi Iran adalah revolusi Syiah dan bukan revolusi Islam.

Sejak revolusi SYIAH Iran, Khomeini sebagai pemimpin spiritual dan juga sebagai pemimpin negara Iran pada saat itu, gencar mengekspor ideologi ajaran dan pemahaman Syiah ke dunia Islam. Dan sejak itulah dimulai seruan-seruan Taqrib (pendekatan) antara Sunni dan Syiah gencar didengungkan dikalangan kaum Muslimin sampai saat ini.

Mensikapi maraknya aliran-aliran Islam yang menyimpang serta memberikan pemahaman yang benar terhadap aliran sesat dan upaya membentingi diri dari aliran yang menyimpang dari Islam terutama ajaran Syiah yang sering mengemas ajarannya dengan sangat ‘indah’, maka untuk itu KMKI (Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam)bekerja sama dengan Komite dakwah khusus MUI, Pimpinan Pusat DDII dan Forum Umat Islam (FUI), pada hari Sabtu (2/4/2009) mengadakan Seminar Kajian Ilmiah yang bertajuk "Apakah Syiah?", yang berlangsung di aula Buya Hamka Masjid Al-Azhar Kebayoran baru Jakarta Selatan.

Seminar yang berbentuk kajian ilmiah ini diisi oleh KH.Chalil Ridwan,Lc yang juga merupakan salah satu ketua MUI – sebagai keynote speaker dan Ust Farid Okbah, MA sebagai pembicara utama. Di antara peserta seminar tampak juga tokoh-tokoh pergerakan Islam diantaranya adalah Sekjen FUI Ust Muhammad Al-Khatthat, Bambang Irawan mantan petinggi LDII dan yang lainnya.

Acara ini cukup mendapat sambutan yang sangat antusias dari kaum muslimin, dari 500 undangan yang di cetak oleh panita terpaksa harus ditambah lagi mengingat banyaknya kaum muslimin yang berminat untuk ikut kajian ini.

Dalam paparannya KH.Chalil Ridwan menceritakan pengalamannya untuk pertama kali melihat kesesatan Syiah, sewaktu baru berkuliah di Universitas Madinah pada tahun 70 an dulu, dia kaget membaca berita dan melihat siaran televisi yang memberitakan tentang adanya demonstrasi ribuan jamaah haji di Mekah sewaktu mereka sedang melaksanakan ibadah haji sehingga terjadi bentrok dengan pihak keamanan Saudi dan mengakibatkan 140 korban jiwa meninggal baik dari pihak demonstran maupun aparat keamanan. Hal ini menurutnya membuat dia berpikir dan bertanya-tanya, kenapa ada jamaah haji yang tujuannya beribadah dan kota Mekah adalah kota suci yang tidak boleh ada keributan disana dan pada saat ibadah haji malah melakukan demonstrasi yang tidak jelas tujuannya.

Sejak itulah ia mulai membaca dan mengkaji tentang Syiah dan penyimpangan-penyimpangannya. Setelah mengetahui tentang kesesatan Syiah, KH Chalil Ridwan mulai sering mengkritik dan menjelaskan tentang kesesatan Syiah kepada umat, sampai-sampai ia di fitnah dituduh sebagai orang yang anti Habaib karena suka mengkritik pemahaman Syiah yang sering mengaku cinta kepada Ahlul Bait (keluarga nabi) dan para Habaib mengklaim mereka adalah masih turunan keluarga nabi.

KH Chalil Ridwan juga menjelaskan kalau perbedaan Syiah dan Sunni bukanlah perbedaan masalah furu’ (cabang) tetapi perbedaan yang bersifat ushul (pokok) seperti yang telah dijelaskan dalam suatu bayan dari MUI pada tahun 80 an yang lalu.

Dan diakhir paparannya KH Chalil Ridwan menyerukan kepada duta besar Iran, pemerintah Iran dan presiden Iran untuk membiarkan kaum Muslimin khususnya Indonesia – dan jangan ekspor ideologi Syiah kepada umat Islam Indonesia bila datang ke Indonesia yang mayoritas umatnya adalah berpemahaman Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaahnya.

Pada paparan kedua yang disampaikan oleh Ustadz Farid Okbah, MA – menjelaskan kalau kajian pada pagi ini tidak membahas Syiah untuk kalangan Syiah tetapi kajian Syiah untuk kalangan Ahlus sunnah makanya pada kajian ini tidakmengundang tokoh dari Syiah.

Kemudian ust Farid mengatakan telah banyak berbagai pihak yang berusaha mengkompromikan antara dua aliran besar tersebut dengan istilah Taqrib dan Forum Ukhuwah. Tapi semuanya itu gagal karena dianggap oleh pihak Ahlus Sunnah tidak fair. Sebab yang terjadi adalah Syiahnisasi Ahlus Sunnah.

Perbedaan yang sangat mendasar terdapat antara Syiah dan Sunni, Syiah dengan mudah mengkafirkan sahabat nabi yang utama, Abu bakar, Umar dan Utsman, padahal dalam pemahaman kaum Muslimin secara umum bahwa umat Islam wajib untuk menghormati para sahabat Rasulullah dan menghina para sahabat sama saja dengan menghina Nabi Muhammad SAW, kata ust farid. Belum lagi penyimpangan dalam persoalan nikah Mut’ah yang sering dilakukan oleh pengikut Syiah.

Syiah meyakini bahwa imam sesudah nabi Muhammad adalah Ali bin Abi thalib dan menuduh para khalifah telah merampok kepimimpinan dari tangan Ali. Bahkan Syiah meyakini bahwa imam mereka adalah Ma’shum (terjaga dari dosa) serta bisa mengetahui yang ghaib.

Ustadz Farid Okbah yang dalam acara tersebut membawa setumpuk kitab dari ulama-ulama Syiah serta kitab-kitab dari ulama Syiah yang telah bertobat. Dan ia menjelaskan kesesatan Syiah semuanya tercantum dalam kitab-kitab rujukan induk mereka seperti kitab Al-Kaafi karangan Muhammad bin ya’qub bin ishaq Al-Kulaini, kitab Man Laa Yahdhurul faqih, karangan Muhammad Babawaih Al-Qumi, kitab At-Tahdzib karangan Muhammad At-Thusi dan kitab Al-Istibshar yang dikarang oleh Muhammad At-Thusi juga.

Dalam acara tersebut juga, ustadz Farid Okbah memperlihatkan setumpuk kain kafan ala Syiah yang dia dapat dari ibu-ibu majelis taklim, kain kafan tersebut cukup unik konon katanya bagi yang memakai kain kafan ala Syiah tersebut akan diampuni dosanya. Kain kafan itu berisi rajah-rajah berupa pujia terhadap ahlul bait, dan dijual seharga 250 ribu rupiah.

Selesai pemaparan oleh ustadz Farid Okbah, panitia kemudian memutar sebuah film dokumenter tentang perkembangan Syiah serta kesesatannya. Banyak hal yang membuat kita kaget melihat film dokumenter tersebut, salah satunya adalah pernyataan salah seorang ulama syiah yang mencaci maki Aisyah Ra istri Rasulullah, dan ada ulama Syiah yang mengatakan bahwa Karbala lebih utama dari Mekkah dan Madinah dan lain sebagainya yang sangat membuat kita semakin yakin bahwa Syiah adalah sesat dan menyesatkan.

Mudah-mudahan kita bisa membentengi diri dan keluarga kita dari ajaran-ajaran yang menyimpang. (fq/eramuslim)