CIA di Balik Perang Pakistan (1)

Dan semua lanskap yang indah dan menawan serta eksotis itu berakhir ketika AS telah menyebarkan mesin-mesin pembunuh yang paling canggih yang pernah diciptakan, dengan “katanya” melawan musuh yang entah siapa dan dimana. Jika al-Qaidah dan Taliban tidak dapat dihapuskan oleh tank, peswat tempur dan rudal, maka mungkin mereka bisa dicap, dilabeli, distempel dan dioperasikan oleh CIA—sebuah pesawat, predator, dan penjagal yang tak berawak.

Itulah taruhan mantan presiden AS, George W. Bush selama bulan-bulan terakhir di kantornya, ketika CIA meningkatkan semua serangan dan gempuran di Pakistan. Serangan yang lebih cepat dan ganas dilancarkan Barack Obama, presiden AS setelah Bush. Saat ini, riuh-rendahnya dengung pesawat tempur telah menjadi suara yang sangat akrab di Waziristan, yang dipanggil suku-suku di Pakistan sebagai machay, atau lebah merah.

Sengatan mematikan pesawat-pesawat tempur ini sudah terasa di desa dan dusun di Wilayah Etnis yang Diperintah oleh Federal (FATA). Tujuan utama dari kampanye ini: menghabisi pejuang Taliban dan orang-orang yang secara rutin menyelinap melintasi perbatasan untuk menyerang pasukan AS di Afghanistan. Kalau beruntung dan ada: ya Al-Qaidah.

Pesawat-pesawat tempur itu hanya sebuah video game. Ada yang memegan joystiknya dengan kuat di Creech Air Force Base, dekat Las Vegas, operator di ujung dunia yang lain. Mereka melacak target yang bergerak dari waktu ke waktu dan memencet tombol X, dan hancur-luluh lah semua yang ada di Waziristan. Murah, mudah, dan singkat, tanpa harus menumpahkan darah Amerika.

Lantas, apakah perang ini sudah menghasilkan sesuatu? Gedung Putih mengklaim bahwa pada musim gugur lalu, Sembilan dari 20 tokoh penting Al-Qaidah berhasil disapu bersih lewat serangan udara itu. Kenyataan lain (dan sebenarnya) adalah rumah-rumah penduduk sipil telah hancur. Menurut pejabat Pakistan kebanyakan serangan tidak mengenai sasaran atau, lebih buruknya, membunuh warga sipil tak berdosa.

The News, sebuah harian Pakistan, baru-baru ini melaporkan bahwa 60 serangan udara sejak awal tahun 2006 telah membunuh 687 warga sipil dan hanya 14 pemimpin al-Qaidah (dengan catatan; itu pun jika ada!). Ini semua hanya menghasilkan kampanye sentimen anti-Amerika di Pakistan yang semakin luas dan melemahkan pemerintahan Presiden Asif Ali Zardari.

Serangan udara dan lebah merah AS sama sekali tidak membuat Taliban kagum ataupun gentar. Sebaliknya, mereka menyebut AS adalah pengecut, terlalu takut untuk menumpahkan darah dalam pertempuran. "Para pejuang (Taliban) mengatakan bahwa kalau Amerika ingin datang dan melawan, Amerika harus melawan mereka secara langsung, satu lawan satu," kata Mahmood Shah, mantan brigadir yang pernah menjadi pejabat Pakistan atas FATA. Shah, seorang Pashtun, mengatakan keluarga para korban serangan udara akan membalas dendam. Hingga tidak heran, di Paksitan saat ini, tak akan sulit untuk menjadi seorang pejuang militan. Menurut Shah, "satu serangan udara Amerika, akan melahirkan tiga atau empat pembom syahid."

Predator dan penjagal rakyat sipil Pakistan yang Muslim itu dibuat oleh General Atomics, kontraktor pertahanan di San Diego. Predator diciptakan lebih dulu dan diperkenalkan kepada Angkatan Udara AS pada tahun 1994. Pada akhir 1990-an, CIA telah menggunakannya konon untuk melacak bin Laden. Mampu terbang untuk 40 jam tanpa pengisian bahan bakar, Predator yang juga disebut pesawat siluman adalah "perangkat kecerdasan yang brilian," kenang Hank Crumpton, agen rahasia tinggi CIA di Afghanistan.

Meskipun CIA ingin meluncurkan si Dengung sejak awal, Angkatan Udara AS menolak gagasan itu sampai tahun 2000. Bahkan Crumpton ingat, ia pernah melihat seseorang yang dia yakini sebagai bin Laden pada video di Predator pada akhir 2000. "Tidak besar memang, tapi itu adalah bin Laden," kata Crumpton. Tapi saat itu, "ada terlalu banyak politik, hukum dan kendala militer," dan CIA tidak bisa begitu saja menarik pelatuk.

Namun semua itu berubah setelah 9 / 11. Predator mengambil darah untuk pertama kalinya pada 5 November 2002, ketika itu menghancurkan sebuah SUV di Yaman, menewaskan enam orang, termasuk pemimpin top al-Qaidah.

BERSAMBUNG

(sa/timemagazine)