Setelah kejatuahn Uni Soviet, sebenarnya aspirasi rakyat Chenchen hampir saja tercapai ketika rakyat Chenchen memenangkan Perang Chenchen pertama atas Russia. Namun kemudian, ketika Vladimir Putin melancarkan perang kedua kalinya atas Chechnya, Moskow kembali menguasai Chechnya secara de facto, dan menempatkan seorang presiden boneka yang mengakibatkan segala kekacauan, melancarkan kampanye media propaganda, dan menerapkan taktik pecah belah pada perjuangan rakyat Chenchen.
Namu, rakyat Chenchen tak pernah berhenti. Mereka berjuang dari desa ke kota di seantero Chechnya, dan kebijakan pro-Moskow di negara ini tak pernah mempan. Anak-anak muda Chencehn tetap pergi ke hutan, bergabung dengan para pejuang. Chechnya masih terjajah oleh Russia.
Sejarah Rakyat Chenchen
Rakyat Chenchen dikenal sebagai Nokhchi, yaitu orang yang berasal dari desa dimana terjadi peperangan dengan Russia di abad ke-18. Mereka menghuni sebelah utara wilayah Kaukasus. Jumlahnya sangat kecil, namun mereka sangat vokal dalam melawan penjajahan Russia waktu itu. Rakyat Chenchen juga dikenal sebagai orang Ingush, dan secara kolektif disebut “Vainakh” yang artinya “rakyat kami.”
Pada abad ke-16, datanglah orang-orang Cossaks ke wilayah itu. Orang Cossaks adalah orang-orang Russia yang meyebar ke seantero Russia. Mereka adalah para penjahat dan bandit yang tinggal di perbatasan selatan kerajaan Russia. Jumlah asalnya mereka sangat sedikit, namun karena dukungan dari kerajan Russia, maka mereka berani mengambil hak dari rakyat Kaukasus asli. Inilah yang melatarbelakangi perang Chechnya dan Russia sampai saat ini.
Pada Februari 1943, rakyat Chenchen diangkut dengan kereta roda untuk ternak ke Sentral Asia oleh para tentara Russia. Ini terjadi pada masa pemerintahan Stalin dan diikuti oleh para pemimpin Russia lainnya.. Ini dikenal sebagai deportasi paksa rakyat Chenchen. Mereka dipaksa untuk membuat jalan dan jembatan. Namun yang didapat mereka kemudian adalah desa mereka dibakar. Banyak yang tewas saat itu, mungkin hampir sekitar 30% dari jumlah keseluruhan mereka 4000.000 orang di wilayah itu.
Perang Chechnya I dan II
Perang Chechnya sebenarnya adalah bentuk rasa malu Russia pada decade 1990-an. Kedua perang ini dipicu oleh kepentingan berbeda, namun hasil perang pertama memengaruhi terjadinya perang kedua.
Perang pertama Chechnya terjadi pada Desember 1994, dilakukan oleh pemerintahan Yeltsin. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Chechnya sebagai bagian dari Russia. Presiden Dzhokhar Dudaev, memenangkan pemilu yang jujur dan bersih pada Oktober 1991, mendeklarasikan kemerdekaan Chechnya pada November di tahun yang sama, dan menolak Moskow. Sampai musim semi 1994, Chechnya adalah satu-satunya negara yang tak mau bergabung. Maka perang pun berkumandang terhadap Muslim Chenchen.
Putin mengklaim bahwa Russia sedang memerangi teroris. Perang pertama berakhir pada Agustus 1996. Perang ini menewaskan lebih dari 100.000 rakyat sipil dan tentara Chenchen. Perang kedua yang meletus pada musim gugur 1999, adalah sebagai balas dendam perang yang terjadi selama 1994-1999. Russia mengklaim, bahwa Shamil Basayev, seorang pejuang Chechnya telah membom serangkaian apartemen di Russia, sesuatu yang tak pernah terbukti sampai sekarang.
Sampai sekarang, jumlah korban Muslim Chenchen tidak pernah diketahui. Namun yang pasti, korban mulai dari umur 10 sampai 60 tahun. Jika perang pertama didasari oleh kalkulasi yang salah, maka perang kedua dilakukan lebih brutal dan sinis sebagai pembentukan kekuatan rejim baru di sekitar Putin.
Akar Gerakan Rakyat Chenchen
Gerakan Islam rakyat Chenchen muncul ketika Mikhail Gorbachev menerapkan perestroika, atau semacam reformasi Russia. Momentum gerakan Islam Chenchen terjadi pada tahun 1991. Dzhokhar Dudayev, presiden terpilih Chechnya, baru saja kembali dari Estonia setelah mengikuti Angkatan Udara Russia.
Di Estonia, Dudayev melihat 1,6 juta rakyatnya—hanya lebih banyak sedikit dari Chechnya—berani mendeklrasikan kemerdekaan dari Soviet. Sedangkan selama ini, Chechnya telah menderita dan dijajah selama hampir dua dekade lamanya.
Kaum Sufi juga disebut sebagai pihak yang banyak berandil besar dalam perjuangan rakyat Chechnya. Rakyat Chehcnya mulai memeluk Islam pada abad 17 sampai abad 19. Tidak heran kemudian jika sufisme menjadi identitas yang paling dominan dalam masyarakat Chenchen. Paham Sufi Nqshabandiyah banyak tersebar di Chechnya. Namun operasi perang Chechnya pada tahun 1994, Russia banyak menghabisi kaum Salafi yang saat itu tengah menjadi trend.
Russia dan Islam
Sejak permulaan perang kedua Chechnya di tahun 1999, Moskow telah berusaha menguasai Muslim di negeri ini. Bahkan sejak zaman Tsar. Namun sejak itu pula, cara yang dilakukan selalu saja lewat kekerasan.
Sampai saat ini, Islam dinilai dengan pandangan negatif. Ada juga yang merasakan umat Islam dijadikan seperti ‘Second Class People’. Pandangan terhadap Islam seperti ini jelas disebabkan pengaruh media barat yang meyebarkan idea ‘Islamphobia’ dan mengaitkan golongan Islam sebagai kumpulan teroris yang tak berdasar. Umat Muslim Russia dianggap beraliran Wahabi, dan ini tentu saja sebuah perkara buruk. Namun toh begitu, secara keseluruhan, pemeluk agama Islam di negeri ini mencapai 20 juta jiwa dan Islam menjadi agama kedua terbesar di negara ini. (sa/iol)