Nasib Muslim Swiss, Setelah Larangan Menara Masjid Lantas Apa Lagi?

Kelompok sayap kiri Partai Rakyat Swiss (SVP) belum puas juga meski sudah berhasil memenangkan dukungan atas larangan pembangunan menara masjid. Partai ini sedang menyiapkan kampanye-kampanye baru untuk membatasi ruang gerak komunitas Muslim di negeri itu.

Sejumlah tokoh SVP mengatakan bahwa mereka juga akan mendorong diberlakukannya larangan burqa, jilbab, kawin paksa, sunat bagi perempuan dan melarang adanya dispensasi bagi muslimah dalam pelajaran berenang.

Anggota legislatif Swiss dari SVP, Adrian Amstutz menyatakan warga Swiss yang telah memberikan dukungan terhadap larangan menara masjid merupakan sinyal yang kuat untuk menghentikan klaim kekuatan politik Islam di Swiss dengan mengorbankan nilai-nilai dan hukum yang berlaku di Swiss.

"Komunitas Muslim harus dipaksa berintegrasi ke dalam masyarakat kita," kata Amstutz.

"Oleh sebab itu, SVP sebagai partai yang paling besar di parlemen juga akan mendorong diberlakukannya larangan burqa, jilbab, kawin paksa, sunat bagi perempuan dan larangan dispensasi khusus dalam mata pelajaran renang. Ini akan menjadi prioritas kami," sambungnya.

Terkait larangan menara masjid, Amstutz mengancam siapa saja yang mencoba untuk membatalkan larangan tersebut. Ia juga mendesak pemerintah Swiss untuk menarik diri dari Uni Eropa jika Pengadilan HAM Eropa menyatakan menentang pemberlakuan larangan menara masjid.

Uni Eropa yang beranggotakan 47 negara kemarin menyatakan keprihatinannya atas diberlakukannya larangan membangun menara masjid di Swiss yang dianggap telah melanggar hak asasi yang dilindungi oleh hukum internasional.

Islam merupakan agama kedua terbesar di Swiss setelah Kristen. Muslim di Swiss meliputi 4,5 persen dari total jumlah penduduk negeri itu, yaitu sekitar 400.000 orang. (ln/iol)