Wilayah Muslim di China Diisolasi Pasca Aksi Protes

Xinjiang, wilayah China yang mayoritas penduduknya Muslim diisolasi oleh aparat keamanan Negeri Tirai Bambu menyusul aksi massa yang berakhir dengan bentrokan dengan aparat hari Minggu (5/7) kemarin. Akibat bentrokan itu, tiga orang tewas dan lebih dari 20 orang luka-luka.

Kantor berita Xinhua melaporkan, pemerintah setempat tidak menyebutkan berapa banyak orang yang terlibat dalam kekacauan itu. Pihak pemerintah mengatakan bahwa mereka terpaksa mengerahkan aparat kepolisiannya untuk mengendalikan massa yang berkumpul di sejumlah titik di pusat kota dan mulai melakukan aksi anarkis seperti melempari bis-bis, membakar sejumlah kendaraan bermotor dan melakukan penjarahan.

Masih menurut Xinhua, tiga orang yang tewas dalam bentrokan antara massa dan aparat kemarin adalah warga biasa dari etnis Han. Namun Xinhua tidak menyebutkan apakah massa yang terlibat bentrokan hanya dari satu etnis tertentu dan apa motif dibalik aksi massa yang berujung dengan bentrokan itu.

Seorang saksi mata yang tidak mau disbeut namanya mengatakan, awalnya cuma beberapa ratus orang saja yang melakukan aksi protes, tapi kemudian jumlahnya mencapai ribuan. Para pengunjuk rasa berjalan ke pusat kota Urumqi-ibukota Xinjiang-, mengalihkan arus lalu lintas dan mulai melempari bis-bis yang lewat. Tak berapa lama, ribuan polisi anti huru hara datang dan dengan menggunakan gas air mata serta mobil penyemprot air membubarkan aksi massa.

Sejumlah organisasi advokasi Muslim Uighur yang menjadi penduduk mayoritas di Xinjiang mengatakan bahwa aksi protes itu dipicu oleh kebijakan yang diskriminatif serta kontrol terhadap budaya dan agama yang dilakukan pemerintah Cina. Menurut Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Muslim Uighur yang berbasis di Jerman, ribuan pengunjuk rasa itu meminta penjelasan dan mendesak pemerintah pusat untuk menghentikan diskriminasi etnis.

"Kemarahan ini sudah berlangsung sejak lama," kata Raxit. Tapi tuntutan Muslim Uighur tidak pernah digubris oleh pemerintah Cina. Muslim Uighur yang jumlahnya lebih dari 8 juta orang di Xinjiang malah sering menjadi sasaran penangkapan aparat Cina. (ln/iol)