Pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza ternyata sudah dipersiapkan sejak 6 bulan yang lalu. Termasuk juga Israel sudah mengantisipasi respon internasional akan invasi biadabnya itu. Israel memproyeksikan penyerangannya itu serupa invasi AS ke Iraq. Demikian dituturkan oleh Hareetz—salah harian dan media online terbesar di Israel.
“Persiapan yang panjang, pengumpulan informasi yang saksama, penipuan publik dan operasional—semua ini sudah dirancang oleh Departemen Pertahanan Israel pada operasi menumpas Hamas di Jalur Gaza.” Papar harian itu.
Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, sebenarnya sudah menawarkan rencananya itu 6 bulan lalu, walaupun ketika itu Israel sedang beregosiasi dengan Hamas dan faksi lain tentang rencana gencatan senjata. Ehud Barak langsung memimpin sebuah operasi intelijen segala sesuatu akan data Hamas yang meliputi persediaan senjata kamp latihan, dan pejabat teras Hamas dan faksi lainnya.
Pesawat tempur Israel menghajar sebuah truk minyak yang sedang melaju di luar Rafah dekat perbatasan Mesir pada Sabtu pagi (27/12). Beberapa orang langsung tewas, sementara sisanya semua luka-luka parah. Malamnya, pesawat perang menggempur lewat serangan udara di sekitar kawasan Rumah Sakit Shifa dan Stasiuin TV Al Aqsha.
Semuanya itu persis yang sudah direncanakan 6 bulan tersebut. Malam itu, tak kurang dari 20 serangan udara yang sadis dilakukan oleh Israel. Adapun Jalur Gaza yang dipilih sebagai sasaran teror karena wilayah ini yang paling padat penduduknya. Laporan terbaru yang dilansir Palang Merah Internasional dan Reuters, 290 orang telah tewas akibat serangan ini.
Mayor Jenderal Yoav Galant, Panglima operasi ini mengatakan bahwa operasi ini bertujuan untuk mengembalikan Gaza ke masa lalu dengan korban sebanyak-banyaknya, tak peduli wanita, anak-anak ataupun orang tua. (sa/berbagaisumber)