Ratusan aktivis perdamaian melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes atas sikap pemerintah Mesir yang melarang mereka masuk ke Jalur Gaza. Para aktivis perdamaian dari berbagai negara rencananya akan menggelar aksi solidaritas di Jalur Gaza bulan Januari mendatang, untuk memperingati setahun agresi brutal Israel ke wilayah itu dan menekan Israel agar segera mengakhiri blokadenya di Gaza.
Namun pemerintah Mesir berusaha mencegah terlaksananya aksi tersebut dengan menutup perbatasan Rafah-perbatasan antara Mesir dan Gaza-dan tidak mengijinkan para aktivis yang sudah berkumpul di Kairo melintasi perbatasan. Polisi Mesir bahkan menangkap rombongan aktivis yang baru tiba di Pelabuhan El Arish, Sinai. Sedikitnya, 38 orang anggota rombongan dari berbagai negara di "jemput" oleh aparat intelejen Mesir begitu sampai di El Aris, dibawa ke hotel tempat mereka menginap dan para aktivis itu dilarang keluar kamar masing-masing.
Para aktivis yang sudah berkumpul di Kairo dan tidak boleh masuk Gaza menggelar protes dengan mendirikan tenda-tenda di depan kantor perwakilan PBB di Kairo dan melakukan aksi mogok makan. Mereka berharap PBB bisa menekan pemerintah Mesir agar mengijinkan mereka melintasi perbatasan.
"Saya tidak pernah melakukan aksi mogok makan, saya tidak tahu bagaimana tubuh saya akan bereaksi, tapi saya akan melakukan apapun agar kami diijinkan masuk Gaza," kata Hedy Epstein, seorang aktivis yang sudah berusia 85 tahun. Laporan AFP menyebutkan, Epstein yang datang dari AS adalah salah seorang korban Holocaust yang selamat.
Konvoi kendaraan kelompok Viva Palestina dari kota London Inggris yang membawa suplai obat-obatan untuk Jalur Gaza, tertahan di kota pelabuhan Aqaba, Yordania. Aparat Mesir memerintahkan konvoi yang dipimpin oleh anggota parlemen Inggris, George Galloway itu mengambil jalur lewat negara Suriah jika ingin dibolehkan masuk ke Mesir.
Mesir, awal Desember lalu, menolak permohonan para aktivis pro-Palestina yang minta ijin masuk ke Jalur Gaza lewat perbatasan Rafah. Kementerian Luar Negeri Mesir tidak mau memberikan dukungan pada aktivis yang akan menggelar aksi long march di Gaza dengan alasan "situasi di Gaza sensitif".
Lebih dari 1.000 aktivis dari 42 negara berinisiatif untuk menggelar aksi solidaritas Palestina bertajuk "Gaza Freedom March" yang digelar untuk memperingati satu tahun agresi brutal Israel ke Gaza yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Gaza dan melukai ribuan orang lainnya.
Setahun setelah agresi itu, Israel masih belum mencabut blokadenya terhadap Jalur Gaza yang diberlakukan sejak tahun 2007 dan menimbulkan krisis kemanusiaan yang buruk di wilayah itu. Israel mengendalikan bantuan-bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza, termasuk bantuan obat-obatan yang sangat dibutuhkan rumah-rumah sakit di Gaza. (ln/bbc)