Penasehat kebijakan luar negeri Rusia, Sergei Prikhodko, mengatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutu Eropa pasti akan meluncurkan invasi darat di Libya, jika serangan udara mereka dianggap tidak efektif.
"Kami memahami bahwa cepat atau lambat, jika operasi udara tersendat, operasi darat tidak akan dapat dihindari, terserah apa yang mereka katakan kepada kita," kata Pikhodko.
"Tidak ada rencana terkoordinasi di tempat dan operasi ini dapat berlarut-larut," dikutip AFP atas pernyataan Pikhodko pada hari Rabu kemarin (23/3).
Rusia abstain dari resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 yang resmi memberlakukannya zona larangan terbang di atas Libya yang bertujuan untuk "melindungi warga sipil" dari serangan udara oleh loyalis Muammar Gaddafi.
Setelah resolusi,jet tempur AS, Inggris dan Perancis memulai serangan udara di Libya, mendapat kritik keras dari seluruh dunia sebagai serangan berkelanjutan yang menelan korban sipil.
Rusia mengecam keras tindakan militer di Libya, mengatakan tujuan resolusi bertentangan dengan apa yang aliansi militer lakukan di negara Afrika tersebut.
Aliansi militer pimpinan AS dilaporkan telah meningkat serangan udara terhadap kota-kota strategis-penting yang ada di Libya, membunuh banyak warga sipil.
Pada saat serangan udara berlanjut, perpecahan terjadi di antara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) atas rencana yang diprakarsai oleh AS untuk menggantikan aliansi AS-Inggris-Perancis melawan Libya dengan NATO.
Jerman mengumumkan bahwa pihaknya telah menarik diri dari operasi NATO di Mediterania dan Italia mengatakan akan meninjau penggunaan pangkalan mereka untuk serangan terhadap pasukan rezim Libya jika NATO memimpin operasi.(fq/prtv)