Paus Benedict XVI pada hari Sabtu kemarin (20/3) meminta maaf kepada anak-anak korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastur di Irlandia dan dirinya memerintahkan adanya penyelidikan resmi atas kasus tersebut di sana, hal ini dilakukan untuk mencoba ‘menyelesaikan’ kasus skandal seks di Gereja Katolik yang melanda seluruh Eropa.
Paus bereaksi atas kasus pelecehan di keuskupan dan seminari yang ada Irlandia, dan ini merupakan langkah paling konkret yang diambil sejak gelombang kasus pelecehan seksual memukul Irlandia, Jerman, Austria dan Belanda, namun reaksi itu disambut dengan kekecewaan yang mendalam oleh para korban yang ada di Irlandia.
Dalam surat yang dialamatkan kepada masyarakat, uskup, pastur dan anak korban pelecehan seksual di banyak negara yang mayoritas Katolik, Paus tidak membuat referensi khusus terhadap Gereja di negara-negara lain, terutama Paus sendiri berasal dari Jerman.
"Anda telah menderita atas kejadian ini dan saya sangat menyesal … saya secara terbuka menyatakan rasa malu saya dan penyesalan yang kami semua rasakan," katanya dalam sebuah surat yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh rohaniwan Katolik di Irlandia, Paus juga menambahkan:
"Saya hanya bisa berbagi dalam rasa kecemasan atas pengkhianatan yang begitu banyak yang terjadi dan Anda dapat belajar atas tindakan berdosa ini dan tindakan-tindakan kriminal lainnya dan bagaimana cara otoritas Gereja di Irlandia menyelesaikan urusan dengan para korban."
Namun para keluarga korban mengatakan surat Paus tersebut "jatuh sangat jauh" dari solusi penanganan para korban pelecehan seksual.
Salah satu dari empat kelompok yang tidak puas atas pernyataan Paus tersebut, menyatakan permintaan maaf belum cukup, sedangkan para korban pelecehan seks mengatakan surat yang disampaikan Paus itu sama sekali tidak memiliki "substansi".
"Para korban berharap adanya sebuah pengakuan dari gereja bahwa mereka mengalami dan diperlakukan dengan cara-cara keji dan meminta adanya perhatian yang serius atas pelanggaran itu dari pihak berwenang Gereja," kata salah satu dari Empat direktur eksekutif Maeve Lewis.
"Kurangnya permintaan maaf kepada mereka dalam hal ini sangatlah menyakitkan."
Kelompok tersebut mengatakan bahwa Paus Benedict XVI telah menyia-nyiakan "kesempatan yang mulia" untuk mengatasi "isu inti dalam skandal pelecehan seksual yang dilakukan para pastornya: adanya kebijakan yang disengaja oleh Gereja Katolik di tingkat tertinggi untuk melindungi para pelaku pelecehan seks, sehingga hal ini dapat membahayakan anak-anak."
"Tidak ada dalam surat Paus itu yang menyarankan perlunya visi baru dalam kepemimpinan yang ada," katanya.
John Kelly, dari Survivors of Child Abuse (Soca), yang dirinya mengalami pelecehan seksual oleh person-person di gereja Katolik, mengatakan kepada AFP bahwa sementara ini ia menyambut baik surat dari Paus, meskipun masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
"Apakah Paus sekarang mengatakan bahwa kita akan memiliki sebuah penyelidikan nasional atas pelecehan seksual di semua keuskupan?"
Mengacu pada pernyataan Benediktus yang mengatakan para pastor dan pekerja agama yang telah salah melakukan pelecehan seksual "harus menjawab sendiri atas kejahatan yang mereka lakukan sebelum mereka dibawa ke pengadilan".
"Apakah ini berarti bahwa mereka yang melakukan pelecehan dan mereka secara tertutup harus menyerahkan diri kepada polisi untuk menghadapi sistem peradilan pidana?" tanya Kelly.
"Singkatnya, pertanyaan mendasarnya adalah; apakah ada kemungkinan korban untuk mendapatkan keadilan sebagai akibat dari apa yang Paus katakan?"(fq/aby)