Kedatangan obor olimpiade ke China membawa penderitaan bagi warga Muslim Uighur di barat laut provinsi Xinjiang. Meski menjadi warga mayoritas di wilayah itu, mereka tak ubahnya seperti warga minoritas yang selalu diperlakukan tidak adil dan kejam oleh pemerintah pusat China.
Ketua Uighur American Association Rebiya Kadeer pada kantor berita AFP mengungkapkan, otoritas pemerintah China melakukan operasi keamanan yang keras terhadap warga Muslim Uighur dalam rangka menyambut obor olimpiade yang akan melewati wilayah Turkestan Timur, wilayah mayoritas Muslim China bermukim.
"Dari hasil pemantauan kami, banyak warga Uughurs yang ditangkap dan ditahan oleh aparat berwenang China, untuk mencegah aksi demonstrasi bersamaan dengan kedatangan obor olimpiade, " kata Rebiya.
Ia melanjutkan, "Saya menentang perjalanan obor olimpiade karena event ini dilakukan dengan menindas warga Uighur."
Keprihatinan serupa juga dilontarkan Dolkun Isa, sekretaris jenderal World Uighur Congress yang berbasis di Munich, Jerman hari Senin kemarin. "Di mana-mana, di rumah-rumah, di hotel, dilakukan penggeledahan. Orang-orang banyak yang ditangkap, bahkan mereka yang tidak punya catatan kriminalitas ikut ditangkap hanya karena dianggap mencurigakan, " ujar Isa.
Ia mengungkapkan, lebih dari 10 ribu orang yang ditahan selama empat sampai lima bulan belakangan ini sebagai bagian dari upaya pengamanan pra olimpiade di China.
Para pemuka masyarakat Uighur juga menuding pemerintah China ingin memanfaatkan event internasional itu untuk melakukan pembenaran atas penindasan mereka terhadap warga Muslim Uighur dan wilayah Turkestan Timur.
China akan menjadi tuan rumah pesta olahraga dunia yang rencananya akan dimulai pada 8 Agustus mendatang. Dengan menjadi tuan rumah olimpiade, China berharap bisa memperbaiki citra negaranya terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Negeri Tirai Bambu itu.
Aksi unjuk rasa di berbagai negara mewarnai perjalan obor olimpiade ke China, sebagai protes atas pelanggaran HAM dan sikap keras pemerintah China terhadap Tibet. (ln/iol)