Muslim Jerman menjalankan ibadah puasa tahun ini dalam suasana yang masih diliputi keprihatinan pasca wafatnya martir jilbab Marwa Al-Sherbini yang ditusuk oleh seorang pemuda Jerman anti-Islam. Keprihatinan itu makin mendalam karena kelompok-kelompok kiri di negeri itu terus melakukan kampanya anti-Muslim.
Hari pertama Ramadan di Jerman jatuh pada Jumat, (21/8). Direktur Islamic Assembly di Jerman, Ibrahim El-Zayat mengungkapkan bahwa masyarakat Muslim Jerman menjalankan ibadah puasa Ramadan tahun ini di tengah situasi yang tidak bersahabat. "Bulan suci ini bahkan diwarnai oleh maraknya pemberitaan media yang cenderung fokus pada masalah islamofobia di Jerman menyusul wafatnya Marwa Al-Sherbini," kata El-Zayat.
Situasinya makin tak ramah bagi komunitas Muslim karena partai-partai sayap kiri makin meningkatkan kampanye anti-Muslim menjelang pemilu parlemen bulan September mendatang. Menurut El-Zayat, sejumlah partai kiri di Jerman, terutama di Cologne berusaha merebut simpati rakyat dengan menakut-takuti warga soal Islam dan Muslim. Organisasi kanan jauh "Pro-Cologne" misalnya, menkampanyekan perlawanan terhadap rencana komunitas Muslim yang ingin membangun masjid di kota terbesar keempat di Jerman itu.
Meski dihadapkan pada situasi yang tidak ramah, komunitas Muslim Jerman tetap semangat melakukan berbagai inisiatif untuk mempererat hubungan dengan masyarakat setempat. Salah satu kegiatan yang dilakukan komunitas Muslim bekerja sama dengan sejumlah pemerintahan kota adalah menyediakan makanan untuk berbuka bukan hanya untuk mereka yang Muslim tapi untuk siapa saja yang kebetulan lewat di tempat penyediaan ta’jil.
Tapi, Ramadan tahun inimenjadi Ramadan yang istimewa karena seluruh komunitas Muslim Jerman sepakat bahwa awal Ramadan jatuh pada hari Jumat (21/8). Tahun-tahun sebelumnya, warga Muslim di Jerman yang berasal dari berbagai latar belakang, kerap berbeda dalam menentukan tanggal 1 Ramadan. Saat ini, terdapat lebih dari 4 juta Muslim di Jerman dan mayoritas adalah Muslim asal Turki. (ln/iol)